Setiap sedang merenung, saya seriiing banget berpikir, betapa menjadi orangtua itu sangat susah. Meskipun kata orang, punya anak kecil itu lucu, bikin rumah jadi rame, dan punya anak itu impian beberapa orang yang sudah menikah. Tapi, hal itu gak menepis kenyataan, bahwa harga yang dibayar untuk kebahagiaan itu juga cukup berat. Banyak sekali tantangan dan masa sulit yang harus kita hadapi, dan kita gak bisa mundur lagi ke keadaan semula.
Semasa kehamilan, kamu selalu melakukan senam hamil, berjalan kaki setiap pagi dan sore hari, berolahraga kecil, makan makanan sehat, dan tak lupa juga selalu membaca semua artikel demi mencapai persalinan yang mudah dan sehat. Tetapi, kenyataan sering gak sesuai seperti impian. Kamu diharuskan melakukan operasi dalam proses melahirkan. Setelah bayi keluar, ASI-mu hanya keluar sedikit, anak terus menangis, kamu kurang tidur dan jadi rentan stress.
Beberapa bulan kemudian, anak kamu tumbuh dengan baik dan kamu siap menghadapi fase berikutnya: MPASI. Ternyata, anakmu sangat selektif dalam memilih makanan yang masuk ke dalam mulut. Akibatnya, BB anak sulit bertambah dan kamu mudah emosi, apalagi kalau masakannya gak berhasil masuk ke mulut anak seharian. Belum lagi omongan orang yang selalu meremehkanmu sebagai orangtua karena anakmu gak sesuai dengan bayangan ideal orang-orang.
Jadi orangtua memang sesulit itu, makanya beberapa orang ada yang menunda punya anak sebelum mereka merasa mentalnya stabil dan sanggup menghadapi semua tekanan. Tapi, bahkan, keputusan ini pun gak lepas juga dari omongan orang. Serba salah yaaaa, Buuun. Lalu, bagaimana dengan kehidupan orang yang sebaliknya dari keadaan di cerita atas tadi?
Baca juga tentang alasan saya menunda punya anak kedua.
Ada selebriti yang hidupnya serba ideal. Punya babysitter dan pelayan rumah tangga. Punya dokter anak pribadi, bahkan bisa membayar trainer untuk melakukan pola hidup sehat. Seakan-akan, semua masalah yang tadi kita alami, gak pernah terjadi di kehidupan mereka. Tapi, yang sebenarnya terjadi adalah; bahwa mereka hanya memperlihatkan semua hal ideal, agar kita bisa memujinya dan mengandalkannya sebagai influencer, berharap banyak orang yang terinspirasi dan mengikuti jejaknya.
Bahkan, tetap saja ada orang yang merasa kontra, dan selalu mengoreksi segala hal tentang gaya parenting-nya yang dianggap kurang tepat; misalnya cara gendong, makanan MPASI, bahkan pertumbuhannya pun gak luput dari perbandingan dengan anak lainnya. Mereka juga punya sisi sulit, yang kita gak alami. Tetapi, mengekspos kehidupan pribadi dan gaya parenting merupakan keputusan dari masing-masing orang, yang mungkin sudah seharusnya juga paham tentang konsekuensinya, serta perasaan siap kecewa atas komentar kurang enak yang dikatakan oleh orang lain.
GAYA PARENTING VS KOMENTAR NETIZEN
Belakangan ini, sering banget seliweran di media sosial saya tentang seorang selebriti yang baru punya anak, Nikita Willy. Nikita dianggap "istimewa" karena ia berani melahirkan secara normal instead of memilih operasi caesar. Ia juga lebih memilih mengurus anaknya sendiri daripada menggunakan babysitter atau daycare. Hal-hal seperti itu, sesungguhnya masih wajar dan normal untuk kita yang orang biasa, tapi ternyata jadi sesuatu yang luar biasa jika terjadi di kalangan selebriti dan orang kaya. Mengapa? Apakah menjadi orangtua yang istimewa hanya bisa dilakukan oleh orang kaya? Tentu tidak.
Kita semua sudah jadi orangtua yang istimewa, bedanya apapun yang kita lakukan paling cuma dikomentari oleh keluarga dan tetangga sekitar, sedangkan para selebriti itu dikomentari oleh netizen se-Indonesia. Pressure mereka lebih berat, tapi bukan berarti kita kalah istimewa. Menjadi orangtua, merupakan hal terberat sekaligus anugerah terindah bagi kita semua yang sudah siap. Maka, penting bagi kita untuk menyiapkan fisik dan mental sebelum memutuskan untuk memiliki anak.
Lagipula, melahirkan secara normal dan mengurus anak sendiri tanpa bantuan babysitter pun wajib kita lakukan sebagai ibu, sebagai bentuk tanggung jawab terhadap diri sendiri dan anak. Kalau gak memungkinkan lahir normal karena kendala medis, itu pun gak membuat keistimewaan kita sebagai ibu menjadi berkurang.
Selain Nikita Willy, masih banyak lagi sederet selebriti yang gaya parenting-nya gak pernah luput dari komentar netizen, yang kadang pedas banget, misalnya Andien dan Shandy Aulia dengan metode BLW (baby lead weaning/memberi makanan padat sejak awal MPASI) sebelum anak berusia 6 bulan, Nia Ramadhani yang membiarkan anaknya menggunakan pakaian terbuka, hingga Raffi Nagita yang selalu overshare dalam menyorot kegiatan anaknya. Meskipun mereka punya pengaruh besar, tapi kita sebagai penyimak tetap harus memilih dan menyaring hal baik dan menghindari hal buruknya. Siapapun itu, kita akan selalu punya kesempatan untuk melakukan kesalahan, apalagi gak ada sekolah parenting. Ilmunya memang bertebaran di internet, tapi tanpa filter, kita akan tersesat dan mengorbankan perkembangan anak.
MENJADI ORANGTUA MENURUT SAYA...
Menjadi orangtua itu gak cuma sekadar berhasil hamil, melahirkan, dan menjaga anak agar tetap tumbuh dengan baik. Proses melahirkan, baik caesar ataupun normal, memiliki tujuan yang sama; melahirkan anak yang sehat. Jadi, gak ada definisi luar biasa atau istimewa hanya untuk perempuan yang bisa melahirkan dengan cara normal.
Menjadi orangtua juga bukan ajang membandingkan dengan anak lain. Overproud adalah akar dari kesombongan, seakan-akan anak kita yang selalu lebih baik dari yang lain. Pada akhirnya, inilah yang menyebabkan kita jadi terlalu mudah melempar opini yang gak diharapkan, karena merasa orang lain gak paham dan kita paling paham. Mulut/jari bisa kita kontrol, tapi kita gak bisa memilih opini mana yang mau dan gak mau kita dengar dengan telinga. Sekali aja opini itu masuk ke telinga, selamanya akan mempengaruhi hidup orang yang mendengarnya. Be careful.
Menjadi orangtua gak cukup hanya mendidik anak untuk berlaku baik, tapi juga bercermin ke diri sendiri dan berusaha menjadi panutan untuk anak. Sebanyak apapun artikel yang dibaca, video yang ditonton, ilmu yang digali, pada kenyataannya semua akan sangat berbeda saat menghadapinya secara langsung. Butuh improve dan insting ibu untuk bisa melakukan semuanya sesuai dengan karakter dan temperamen anak, yang pastinya akan berbeda satu sama lain.
Baca juga: Tipe Temperamen Anak
PARA PEMBERI PENGARUH PARENTING DI MEDIA SOSIAL
Meskipun struggling kita semua berbeda dalam membentuk karakter anak, tapi ada satu hal sama yang dirasakan oleh semua orangtua: pendidikan dan pengembangan karakter anak yang paling besar terjadi di lingkungan keluarga inti, dengan orangtua yang berperan sebagai gurunya. Gak ada anak yang nakal, gagal, atau sia-sia, yang ada hanyalah orangtua yang punya tanggung jawab besar untuk membuat anak merasa aman, nyaman, dan bahagia dengan keluarganya.
Di media sosial, saya juga sangat selektif dalam menyimak konten-konten parenting dari selebriti. Saking banyaknya, gak mungkin juga kita ikuti semuanya, karena belum tentu mereka benar tentang teorinya, apalagi banyak yang kontroversial karena ilmu yang diterapkan bisa saja bersumber dari negara lain, yang tentunya gak semua hal bisa diterapkan di sini. Belum lagi kondisi dan tipe anak mereka dan anak kita yang sangat berbeda. Mau tahu, konten siapa aja yang biasanya saya simak?
Jennifer Bachdim
Ibu muda yang sudah memiliki 3 anak (soon to be 4) ini mengurus sendiri semua keperluan anak-anaknya, ditambah masih rajin banget workout. Komunikasi dengan anak-anaknya pun menggunakan bahasa yang sangat lembut dan halus. Keluarga mereka selalu menerapkan gaya hidup sehat, no wonder ya badannya masih bagus banget padahal udah hamil 4 kali, kulitnya pun kelihatan sehat banget. Saya sendiri suliiit banget untuk jadi produktif begitu, rasanya kalau selesai mengerjakan pekerjaan domestik, bawaannya cuma mau rebahan aja hahaha. Tapi, saya suka banget semua kontennya, karena saya bisa menikmati sekaligus belajar memperbaiki pola hidup, tanpa merasa digurui atau didikte, gak membuat saya merasa tsunami informasi karena terlalu banyak teori.
Dari Jennifer, saya terinspirasi untuk memiliki hidup yang sehat dan produktif.
Retno Hening
Ini Ibookk kesayangan kita semuaaa, banyak yang pastinya kenal sama Ibuk ini karena udah terbukti, didikan parenting-nya ke Kirana dan Rumaysha patut diacungi jempol. Gak pakai banyak anjuran, Ibuk cuma kasih lihat ke kita komunikasinya sehari-hari ke anak-anaknya, bagaimana cara menangani anak dalam sebuah situasi, bahkan kesulitannya pun gak pernah malu untuk di-share di IG-nya. Ibuk ini tinggalnya di Oman, dan memanfaatkan media sosial untuk merekam keseharian anaknya supaya tetap bisa disimak oleh keluarga dan saudaranya, tapi malah viral dan terkenal, sampai akhirnya bikin buku Happy Little Soul, yang dulu pernah saya beli juga. Isinya bagus banget, worth to buy!
Dari Ibuk, saya terinspirasi untuk memperbaiki komunikasi dengan anak dan mengedepankan pendidikan manners serta empati.
Dee Lestari
Aduh, gak tahu lagi udah seberapa besar saya mengagumi Beliau, mulai dari karyanya, kehidupan sehari-harinya yang sangat adem untuk disimak, sampai melihat bahwa anak-anaknya tumbuh dengan talenta yang sangat keren, bikin saya iri banget (in a positive way, yaaa). Sebagai penyanyi dan penulis buku, saya mengagumi hampir semua karyanya. Sebelum suaminya meninggal dunia beberapa bulan yang lalu, mereka sekeluarga bahkan menggarap sebuah lagu, yang dinyanyikan juga bersama dengan anak keduanya, Atisha. Lirik dan nadanya benar-benar bikin eargasm banget.
Dari Dee, saya terinspirasi untuk bisa mengembangkan bakat dan kemampuan anak semaksimal mungkin, dan juga memfasilitasinya agar bisa berkembang dengan baik.
Kalau kamu, siapa pemberi pengaruh yang paling menginspirasimu selama ini? Share di komentar yuk!