Di lingkungan sekitar tempat tinggal saya sekarang, Biandul termasuk anak yang jaraaang banget keluar rumah. Tapi, sekalinya main sama anak sebaya, kadang malah suka gak mau pulang atau bahkan temannya gak boleh pulang, kalau lagi main di rumah. Sering banget tuh ngambek nangis-nangis kalau ditinggal pulang teman, padahal kan ya main ada waktunya.
Beda lagi sikapnya kalau ke orang dewasa, Biandul cenderung lebih susah didekati, malah kalau ditegur seringnya nangis karena gak mau. Ditambah society +62 kan gak akan cukup dengan sekali 'hai' doang, akan ada tuh adegan makin digodain atau makin digemesin padahal udah jelas lihat respon si anak gak mau dan ada tanda-tanda mau nangis. Gak akan berhenti sebelum anaknya beneran nangis, lalu Ibunya deh yang kena repot karena harus digelendotin si anak sambil nangis histeris dan gak tau sampai berapa jam ngambeknya. Akhirnya juga sering dapat kalimat iseng dari orang-orang sekitar, seperti:
"Sombong banget gak mau main."
"Gak kenal tetangga, ya."
"Kok nangis mulu kalau ditegur orang, ya."
Hmm... sabarrr dulu. Jangan emosi dulu sama komentar orang-orang ini, hehe. Mereka boleh ngomong apa aja karena kita gak bisa sepenuhnya mengontrol apa yang orang lain bicarakan atau pikirkan. Yang paling penting, kita sebagai keluarganya yang harus memahami karakteristik anak. Kita bisa loh belajar memahami bahwa anak-anak punya tipe temperamental yang berbeda-beda, sehingga gak bisa disamakan atau malah diledekin hanya karena kelihatan gak nyaman saat disapa. Tapi, ya balik lagi sih, kita gak bisa kontrol orang lain untuk berkomentar tentang kita. Meskipun rasanya gateeeeel banget mau misuh-misuh dan belain anak, mau kasih penjelasan bagaimana juga, belum tentu mereka mau ngerti dan langsung paham. Belum tentu kejadiannya gak keulang lagi besok, lusa, dan seterusnya. Jadi, sabaaaarrr.
Yang bisa saya lakukan hanya berbicara yang baik ke Biandul, tetap mengajarkan tata krama dan kesopanan terhadap orang yang lebih tua. Meskipun sampai sekarang masih tetap sering ngambek kalau ditegur sama orang yang belum dikenal, tapi setidaknya saya udah jelasin bahwa dia bukan anak yang sombong, seperti yang orang lain katakan. Semoga dia sanggup mengerti dan gak berefek jangka panjang terhadap pola pikirnya. Jika orang lain belum tentu bisa memahami dan mengerti karakteristik dan tipe temperamennya, saya dan suami sebagai orangtua, harus paham dan memberinya kenyamanan terus. Memberinya pengertian tanpa bosan dan lelah.
Baca juga:
APA YANG DIMAKSUD DENGAN TEMPERAMEN?
Menurut KBBI, definisi temperamen adalah sebagai berikut:
Dalam kalimat sederhana, temperamen merupakan sebuah perbedaan perilaku dan emosi seseorang saat merespon sesuatu. Menurut seorang Psikolog Influencer, Saskhya Aulia Prima, temperamen bisa juga dianggap sebagai "personal style" anak. Biasanya temperamen anak sudah bisa terlihat sejak beberapa bulan setelah kelahirannya. Ada banyak sekali faktor yang memengaruhi personal style anak tersebut, termasuk faktor genetik atau keturunan. Selain itu, ada lagi faktor lain, seperti:
- Faktor biologis: terbentuk sejak sebelum kelahiran anak, dan dipengaruhi oleh tingkat stres ibu sewaktu hamil. Jika level stress ibu hamil rendah, anak cenderung akan memiliki temperamen yang mudah.
- Faktor sosial dan lingkungan: depresi postpartum ibu, peran keluarga, parenting style, dll.
TIGA JENIS TIPE TEMPERAMEN ANAK
Selain faktor pembentuk, temperamen anak juga memiliki tiga jenis yang harus kita kenali. Hal ini sangat penting dilakukan agar kita bisa memahami karakteristik anak dan menentukan pola pengasuhan yang sesuai agar dapat meng-handle anak dengan baik.
Di tahun kedua mengasuh Biandul, saya sempat stres banget karena semua serba susah. Susah diajak mandi, diajak makan, diajak tidur, kalau main gak mau udahan, kalau minta sesuatu selalu maksa, dan gak bisa lepas dari saya sehingga saya susah pergi-pergian tanpa ajak dia, termasuk jika hanya ke warung, pasar, atau minimarket terdekat aja. Hasilnya saya jadi lebih sering marah dan ikut ngamuk. Anak juga gak bisa cepat nurut karena gak pernah paham apa yang saya mau, saya cuma bisa marah tapi gak bisa kasih penjelasan supaya dia ngerti dan berperilaku baik. Setiap hari selalu ada ketegangan dan kurang mengontrol emosi.
Setelah saya tahu bahwa ternyata ada tiga jenis tipe temperamen anak, saya mulai menelaah lagi, Biandul nih punya tipe temperamen yang mana kira-kira?!
Setelah saya mencoba mengobservasi Biandul dan lebih memahami tentang tipe temperamen anak, saya lebih sadar bahwa anak saya memiliki temperamen slow to warm up, makanya dia lebih butuh waktu yang lama untuk akrab dengan orang baru dan gak mudah diajak bermain dengan sembarangan orang. Tapi, jika dia tetap gak nyaman sama seseorang atau sebuah lingkungan (mungkin karena respon orang tersebut gak menyenangkan), dia akan tetap menolak untuk menghabiskan waktu di sana.
Jika pertama kali mengajak Biandul ke sebuah tempat atau berkunjung ke rumah seseorang, biasanya saya harus super sabar karena sudah pasti dia akan nyender ke saya all the time, diemmm aja gak mau bergerak ke mana-mana, gak mau diajak ngomong siapa-siapa. Tapi, kalau sudah lama dan dia mulai asik sendiri bermain, lama-lama bisa lepas tuh dari saya dan mulai mondar-mandir. Jadi memang gak bisa langsung digas cepat, digendong orang, diajak main tanpa saya harus ikut, dibawa pergi ke tempat yang gak ada saya, atau malah digodain ini itu dan berharap anak saya bisa langsung ketawa lepas.
Begitu pun ketika teman Ayahnya datang dan main ke rumah, menyapa Biandul itu kayak jadi sesuatu yang menyenangkan kan pasti? Tapi, Biandul belum tentu akan langsung mau didekati dan disapa dengan orang yang belum kenal. Kalau pelan-pelan, pasti lama-lama dia mau deh disapa dan gak ngambek. Kalau orang itu suatu hari main lagi dan ketemu lagi dengan Biandul, lalu dia masih ingat dan merasa aman karena orangnya menyenangkan, dia gak bakal ada adegan ngambek atau ngumpet lagi. Segitu pentingnya ya proses attachment ke anak-anak dengan tipe temperamen slow to warm up, harus punya metode yang gak sembarangan, timing yang pas dan perlahan, maka akan bisa diterima si anak dengan baik.
Orang yang belum paham tentang tipe temperamen anak mungkin hanya akan melihat sekilas bahwa ada anak yang lucu dan bisa diajak main dengan cepat, atau anak yang rewel dan gak mau diajak main. Lalu mereka juga gak akan paham gimana cara merayu yang baik supaya anak bisa pelan-pelan menerima situasi baru tersebut, karena memang proses adaptasinya yang cenderung lambat. Mengasuh anak slow to warm up kayak Biandul aja bagi saya udah sulit, bagaimana dengan difficult? Salut dan angkat jempol untuk semua orangtua yang masih sabaaar banget menghadapi kondisi anak dengan segala lika-likunya! 👏🏻
Maka, penting banget buat kita untuk paham sama hal ini, supaya gak berakhir judgy sama anak-anak, atau malah disamaratakan pola asuhnya padahal tipe temperamen anaknya berbeda-beda.
POLA ASUH YANG TEPAT BERDASARKAN TIPE TEMPERAMEN ANAK
Kalau seorang ibu bisa punya jadwal rutinitas yang teratur dan mudah dilaksanakan setiap hari karena anaknya memiliki temperamen yang easy, tentu cara tersebut belum tentu bisa dilakukan oleh ibu yang anaknya memiliki temperamen slow to warm up atau difficult. Rutinitas yang teratur mungkin akan sulit dijalankan karena anak dengan tipe difficult lebih sulit dirayu, dan perasaannya sangat sensitif. Jika dipaksa, anak akan lebih banyak rewel, dan orangtua lebih rentan stres karena merasa anaknya sulit diatur.
Nah, gimana ya pola asuh yang tepat buat masing-masing tipe temperamen anak? Yuk lihat rangkuman saya (yang disadur dari beberapa sumber) berikut:
TIPS UNTUK PARA ORANGTUA
Setelah memahami tipe temperamen anak, saya punya tips nih yang mungkin bisa diterapkan sama kita semua, karena tiap anak akan berbeda, bahkan meskipun anak tersebut berasal dari rahim yang sama.
- Berusaha untuk mem-validasi perasaan anak
- Menjadi pendengar yang baik
- Memberikan perhatian yang cukup
- Tidak memberikan paksaan
- Memberitahu anak sebelum ada kegiatan tertentu supaya anak gak kaget
- Berikan kesempatan anak untuk memutuskan sesuatu
- Tetap tenang dan kontrol emosi
Nahhh, meskipun kelihatannya sederhana, tapi kalau ngomongin masalah emosi anak tuh lumayan challenging yah, karena satu hal yang paling sulit tapi wajib bisa tuh: SABAR. Apapun kondisi anak, yang paling utama itu adalah sabar. Sebisa mungkin kontrol emosi sehingga anak bisa paham apa yang orangtua sampaikan. Asal jangan sampai melabeli anak dengan sifat-sifat jelek kayak: pemarah, anak nakal, sombong, pemalu. Mereka pasti sedih, huhu.
Ada yang punya pengalaman anaknya termasuk tipe difficult? Gimana tuh cara ngatasinnya? Saya yang anaknya slow to warm up aja udah ngelus dada setiap hari lohh. Tetap semangat ya!