“Duh, kok belum mens juga ya, udah telat empat hari.” Tutur saya suatu hari. “Isi lagi kali, ya?” Tanya Ibu mertua.
“Ah, jangan sekarang, dong. Belum siap punya anak kedua.”
“Emang kenapa, gak apa-apa lah tambah satu biar rumah tambah rame.”
Hmm... persoalan tambah anak ini tuh banyak banget yang berbeda pendapat. Ada yang merasa baik-baik aja dengan punya anak banyak, atau justru sebaliknya. Yang masih menunda punya anak kedua, pasti punya alasan rasional tersendiri. Padahal kan membesarkan anak manusia tuh sulit dan tanggung jawabnya dibawa seumur hidup. Gak bisa seperti memelihara anak kucing, yang bisa dipindah adopsi jika kita gak mampu berkomitmen. Belum lagi, pengorbanannya kan banyak dan gak mudah dilalui.
Saya masih ingat banget rasa sakit setelah operasi caesar saat melahirkan Biandul, recovery-nya bisa sebulan penuh, susah gerak, susah mandi, harus berjuang menyusui juga. Belum lagi kebutuhan bayi newborn itu banyak sekali, harus aman secara finansial.
Baca Juga: Cerita Melahirkan Biandra
Yang gak kalah penting adalah harus tetap adil dengan anak pertama, supaya gak ada rasa cemburu dengan anak kedua, dan tentu saja gak menimbulkan konflik. Artinya juga adalah orangtua harus siap secara mental untuk bisa berbagi waktu dan perhatian dengan dua anak.
Itu baru dua anak, lho. Bagaimana yang punya anak tiga, empat, atau bahkan anak kembar? Wah, pengalamannya pasti bakal lebih “seru” alias nano nano rasanya. Saya salut banget sih sama orangtua yang memiliki anak lebih dari satu dan bisa tetap memberikan tanggung jawabnya secara baik, karena saya pribadi merasa belum mampu dan belum siap punya anak kedua. Belum mampu lho ya, bukan gak mau. Masih banyak pikiran yang mengganjal, dan takut dampaknya gak baik jika gak direncanakan dengan suami.
PUNYA ANAK KEDUA ITU PILIHAN
Bagi saya, anak pertama adalah sebuah keinginan. Siapa sih yang gak mau langsung punya anak setelah menikah? Mungkin hanya segelintir orang saja, alasannya karena masih ada yang ingin dicapai dulu. Mereka cukup paham bahwa ketika punya anak, gak semua hal bisa dilakukan secara bebas, misalnya traveling, mengejar karier, dan hal lainnya. Tapi, sebagian besar lainnya, bagi pasangan suami istri baru sangat mengharapkan kehadiran anak sesegera mungkin.
Bagaimana dengan anak kedua? Punya anak kedua, bagi saya, adalah sebuah pilihan. Pilihan untuk menjaga jarak minimal dua tahun dengan anak pertama, pilihan menunda dengan jarak yang cukup jauh, atau bahkan pilihan untuk tidak memiliki anak kedua. Semua pilihan bagi saya tergantung kesiapan orangtua tersebut, gak bisa disuruh atau dibujuk oleh orang lain.
Orangtua yang memilih untuk menunda punya anak kedua pasti punya pertimbangan sendiri, dan semua itu adalah hal personal, yang gak bisa dibantah oleh orang lain dengan alasan “gak bersyukur” atau “takut anaknya kesepian karena gak punya saudara kandung”. Pada kenyataannya, banyak juga anak yang gak bisa akur dengan saudara kandungnya sendiri, berapapun jumlahnya.
Saya berharap, ketika Biandul kelak memiliki saudara kandung, saya bisa membentuk bonding mereka dengan kuat sehingga mereka bisa cukup akur hingga mereka dewasa. Saya harus belajar untuk bersikap adil supaya Biandul gak punya rasa cemburu yang berlebihan dengan adiknya, juga bisa memiliki rasa sayang yang utuh, karena ia juga paham bahwa kita semua adalah satu keluarga. Tentu saja ini hanya baru harapan, pada kenyataannya, kita tetap harus siap pada kejutan kehidupan yang kadang gak ideal.
Baca juga: Sudahkah Kita Berdamai dengan Masa Kecil?
Jika hal tersebut belum bisa sanggup saya penuhi, saya rasa rencana memiliki anak kedua hanyalah menjadi rencana jangka panjang, dengan waktu yang gak bisa saya tentukan.
MENENTUKAN WAKTU YANG TEPAT UNTUK PUNYA ANAK KEDUA
Saat ini, umur Biandul 3 tahun 9 bulan, sudah memiliki jarak usia yang ideal dengan anak kedua. Tapi, pertimbangan saya jauh lebih rumit dari itu. Untungnya, saya satu suara dengan suami untuk hal ini. Jadi, gak ada konflik sendiri jika saya belum siap punya anak kedua.
Kami punya hal lain yang harus kami kejar dulu sebelum memiliki anak kedua. Kami punya banyak hal yang masih mau kami nikmati prosesnya, sebelum akhirnya kami punya anak kedua. Kami masih harus banyak belajar dari kesalahan saat punya anak pertama, untuk bisa lebih baik lagi saat punya anak kedua. Pertimbangan ini membuat kami sangat berhati-hati agar gak punya anak kedua dengan cara yang gak direncanakan, alias “kebobolan” hahaha.
Suami saya merasa, kami sebaiknya punya anak kedua setelah kami berhasil punya rumah pribadi. Saya merasa, saya masih mungkin sanggup punya anak kedua sebelum umur saya menginjak 33-35 tahun. Setelah itu, saya gak yakin masih mau punya anak lagi hehehe. Sebuah alasan yang sangat pribadi, memang.
Jadi, pembahasan tentang perencanaan menambah anak kedua gak pernah terdengar karena kami saling paham bahwa bukan sekarang waktu yang tepat untuk punya anak kedua. Kapan ya, kira-kira? Kami berdua juga gak tahu, jalani dan nikmati dulu saja hidup yang sekarang ini sambil terus belajar menjadi lebih baik dan bersiap akan banyak hal yang mungkin terjadi di masa depan.
PERSIAPAN SEBELUM PUNYA ANAK KEDUA
Secara umum, persiapan sebelum punya anak kedua yang paling penting dan utama adalah seputar mental dan finansial. Siapkah menjadi ibu baru yang jam tidurnya akan terganggu lagi karena mengurus bayi newborn? Bagi beberapa ibu, hal tersebut cukup berat dan dapat menimbulkan baby blues.
Siapkah ayah bekerja lebih giat agar kebutuhan kedua anaknya dapat terpenuhi dengan baik? Karena gak hanya anak kedua yang kebutuhannya harus terpenuhi, tapi juga kakaknya yang mungkin sudah memasuki usia sekolah.
Jangan lupa dengan biaya lahiran, tabungan anak, dana darurat, dan kondisi tempat tinggal. Semua harus direncanakan sematang mungkin sebelum punya anak kedua. Bahkan, semua hal yang masih dalam jangka panjang pun akan berubah dampaknya jika kita gak mengantisipasi sejak masa perencanaan.
Ingat bahwa sejak awal saya bilang bahwa punya anak itu tanggung jawabnya seumur hidup. Kita gak bisa menyesal karena gak sanggup lalu gak jadi punya anak. Sekali kita melahirkan anak, kita juga lahir sebagai orang baru, tanggung jawab baru, dan peran yang baru, jadi, rencanakanlah sematang mungkin tentang jumlah anak, jarak usia, dan pola asuhnya.
Mungkin dua atau tiga tahun lagi saya mulai berubah pikiran untuk siap punya anak kedua, atau bahkan sebaliknya. Gak ada yang tahu, sih. Termasuk saya sendiri sebagai pemeran utamanya yang akan menjalani proses kehamilan dan kelahiran. Tapi, kalau untuk saat ini, pertimbangan saya untuk menunda punya anak kedua masih cukup banyak. Masih ada beberapa cita-cita utama yang sedang saya dan suami usahakan dan prioritaskan selain memiliki anak kedua. Semoga semuanya lancar. Aamiin.
Semoga kalian semua yang membaca ini pun diberi kelancaran untuk segala keinginan dan prosesnya, baik yang sedang program hamil, menunda kehamilan, memiliki tempat tinggal yang nyaman, karier yang berkembang, atau harapan-harapan indah lainnya 😊
Meskipun sampai saat ini kita masih berada di masa genting karena pandemi, kita tetap harus yakin dengan semua harapan baik yang kita miliki. Akan ada saatnya kita bisa bersinar lagi, dan semua kembali ke kehidupan normal. Semangat yuk!