Bulan Juni ini nih bulan yang paling kayak roller coaster deh! Gimana gak, kalau tiba-tiba 3 anggota keluarga di rumah berbarengan positif Covid-19, termasuk suami saya. Bersamaan dengan itu juga mertua saya habis vaksin AZ, lalu merasakan efek samping yang lumayan bikin gak bisa beraktivitas selama 3 hari. Total orang sakit di rumah adalah 5 orang, jadi cuma saya dan Biandul yang sehat dan harus kuat supaya gak ikut tumbang juga. Whoah, can't describe anything with words!
Kali ini, saya mau cerita gimana saya merawat pengidap Covid-19 yang melakukan isoman di rumah. Kalau gejalanya ringan, gak perlu ke RS ya, biarkan orang-orang yang lebih butuh ditangani yang ke RS, karena persediaan kamar kosong dan tabung oksigen pun menipis dan udah langka banget. Pasti sembuh kok kalau ditangani dengan baik dan gak panik 😊
Baca juga: Optimalkan Daya Tahan Tubuh Keluarga
GEJALA AWAL COVID-19
Sabtu, 12 Juni 2021
Yang pertama kali merasakan gejala awal adalah suaminya adik ipar saya, Arief. Mereka kebetulan habis keluar rumah buat refreshing, sekadar jalan-jalan sebentar karena mungkin penat dengan kegiatan WFH yang memakan waktu, tenaga, dan pikiran yang super heavy. So, go walk for a while is fine, they think. But, I think they're going to the wrong place. Mereka mengakui kemungkinan terpapar adalah setelah mereka pergi ke bioskop. Yap, mereka ke mall dan nonton di bioskop Sabtu siang.
Gak pakai tar-sok, malamnya sepulang mereka nonton, suaminya adik ipar saya langsung demam. Secepat itu, iya.
Rabu, 16 Juni 2021
Arief mulai anosmia. Adik ipar saya, Sely, belum menunjukkan gejala apapun. Mereka langsung curiga dan berencana untuk swab mandiri, dibantu oleh sepupu yang bekerja di klinik dan berpengalaman di bidang medis.
Kamis, 17 Juni 2021
Kedua mertua saya berangkat untuk vaksin, dan kemungkinan akan merasakan efek demam atau keluhan lainnya sehingga saya minta untuk absen bekerja dulu sementara. Sedangkan Arief dan Sely melakukan swab test mandiri di rumah. Hasil keduanya positif. Mereka langsung isoman di ruangannya dan memakai masker.
Saya dan suami saya, Tian, belum kelihatan ada gejala terpapar, tapi sesuai prosedur, kami akan melakukan swab test juga karena ada keluarga yang positif dan kami memiliki riwayat kontak erat.
Malam harinya, setelah kami juga membeli alat swab antigen, kami ikut test. Hasil saya negatif, lega. Hasil Tian awalnya hanya menunjukkan garis satu, yang artinya negatif. Tapi, lama-kelamaan muncul satu garis susulan yang warnanya sangat samaaar sekali. Bingung, penasaran, kita coba sekali lagi. Hasilnya negatif. Lega, tapi masih ada perasaan yang mengganjal. Bingung mau percaya dengan hasil yang mana. Tian disarankan untuk test ulang 2 hari kemudian, sambil memantau lagi apakah ada gejala yang menyusul, karena gak bijak aja kalau sampai melakukan 3x test di saat yang bersamaan.
Hasil swab test yang pertama kali, Tian melakukan dua kali swab karena hasilnya samar |
Kalau diperhatikan banget, emang garis yang di T itu samaar banget hampir gak kelihatan, yakan? |
Esok harinya, Sely mulai menunjukkan gejala demam.
Sabtu, 19 Juni 2021
Suami mulai menunjukkan gejala demam, meriang, badan lemas. Saya panik dan mulai menyiapkan mental kalau memang Tian benar-benar terpapar. Malam harinya, sesuai dengan rencana, sepupunya membantu lagi untuk test dan memastikan apakah Tian terpapar atau tidak. Ternyata hasilnya kali ini sangat jelas menunjukkan kalau Tian positif. Saya, yang masih kontak erat dengan Tian sejak kemarin, juga ikut test lagi, dan hasilnya tetap sama, negatif. Biandul, karena gak menunjukkan gejala apapun, saya anggap negatif juga ikut saya, tapi tidak ikut swab test.
Malam itu juga, saya menyiapkan ruangan kerja Tian yang disulap menjadi kamar rawat inap juga untuk isoman dua minggu ke depan. Bersyukur, ruang kerja Tian gak jauh dan hanya di samping kamar kami, dan ada kamar mandi terpisah. Jadi semua kebutuhan Tian saya siapkan di ruangan itu. Kami resmi berpisah sementara, sedih.
Dengan saran medis dari sepupunya Tian yang membantu kami swab test, saya juga mulai membeli berbagai vitamin dan obat-obatan yang mungkin dibutuhkan oleh Tian. Tapi, saran obat-obatan ini gak bisa saya bagikan karena saya merasa gak bijak dan di luar ranah saya yang bukan tenaga medis. Pasien yang terpapar Covid-19 dengan gejala ringan sebaiknya langsung berkonsultasi dengan Dokter melalui aplikasi online sebelum membeli obat-obatannya, supaya pengobatannya bisa lebih disesuaikan dengan kondisi masing-masing.
HAL PERTAMA YANG HARUS DILAKUKAN
Setelah Tian confirmed positif Covid-19, saya langsung menyiapkan ruangan studio kerjanya yang kemudian disulap menjadi kamar rawat inap. Saya taruh kasur dan sprei baru, menyiapkan selimut dan jaket, menyiapkan masker medis, obat dan vitamin, dan memisahkan alat makan. Sabun, shampo, handuk, dan sikat gigi pun langsung saya pindahkan ke kamar mandi studio. Hand sanitizer saya siapkan sebotol besar untuk ditaruh di dekat pintu, karena saya akan sering keluar-masuk ruangan untuk merawat Tian.
Balik ke kamar tidur, saya ganti sprei dan sarung bantal guling karena Tian masih tidur di kamar kemarin, saya semprot alkohol ke seluruh ruangan kamar dan benda-benda yang masih sempat disentuh Tiann sebelumnya, lalu mandi dan ganti baju.
Bian nangis di malam pertama misah sama Ayahnya. Dia bersikeras mau ke ruangan Ayahnya sambil nangis teriak-teriak tapi kami larang. Setelah tenang, baru saya jelaskan pelan-pelan kalau Ayah lagi sakit kena virus dan kita gak boleh mendekat dulu sampai Ayah sehat. Sejak pandemi, Bian memang sudah kami berikan edukasi bahwa kondisi saat ini sedang ada banyak orang sakit yang terkena virus, makanya kita gak bisa keluar rumah sering-sering, dan harus pakai masker.
YANG PERLU DIPERSIAPKAN
Meskipun sudah mempersiapkan mental sebaik mungkin sejak sebelum swab test, saya tetap terkena serangan panik, mendadak gak tahu harus gimana. Padahal kalau setiap hari memantau kasus di media sosial, saya paham bagaimana saja hal yang harus dilakukan dan dipersiapkan ketika kita terpapar. Setelah saya menyiapkan semua kebutuhan Tian di ruangan terpisah, saya merenung dan menenangkan diri di kamar, sampai akhirnya saya merasa bisa kuat dan sanggup menghadapi dua minggu ke depan.
Bila kalian masih takut dan bingung harus mempersiapkan apa saja ketika ada anggota keluarga yang terpapar, mungkin catatan berikut bisa sedikit membantu.
- TERMOMETER
Gejala awal hampir selalu menunjukkan demam. Ada baiknya kita harus selalu menyediakan termometer dan paracetamol sebagai obat penurun panas. Suhu tubuh harus selalu dipantau tiap 5-6 jam sekali. Usahakan jangan menggunakan baju tebal atau selimut berlapis, supaya panas tubuh bisa keluar. Dalam hal ini, pasti rasanya gak enak banget karena menggigil dan merasa kedinginan, jadi tetap sediakan selimut hangat tapi tetap pakailah baju dan celana panjang yang tipis.
- PULSE OXIMETRY
Saturasi oksigen juga butuh dipantau dengan alat Oximetry, tapi dengar-dengar sekarang harganya melonjak naik ya? Adik ipar saya punya satu alatnya, sesekali saya pinjam. Alhamdulillah saturasi Tian selalu berada di 97-98. Jika tidak dipantau, kita gak bisa tahu level oksigen dalan tubuh lalu bisa tiba-tiba terserang sesak napas. Biasanya, saturasi oksigen di bawah 95 persen segera membutuhkan penanganan medis.
- MASKER MEDIS
Masker medis juga salah satu kebutuhan yang wajib dimiliki oleh pengidap Covid-19, agar tidak menularkan ke anggota keluarga yang lain. Saya pun selalu ikut menggunakan masker selama merawat dan membersihkan ruangan Tian.
- CAIRAN ALKOHOL
Saya gunakan untuk semprot-semprot ke ruangan dan benda-benda yang sering disentuh Tian, misalnya gagang pintu kamar. Sesekali Tian ke depan pintu kamar buat ajak ngobrol Biandul dari jauh, peluk ciumnya pun cuma bisa dari jauh, huhu sedih. Biasanya, kalau Tian udah balik ke ruangannya sendiri, ya pintu dan lantai yang tadi dipegang Tian saya langsung semprot alkohol. Boleh juga pakai Saniter Spray yang banyak dijual di minimarket.
MASA PEMULIHAN COVID-19
Menurut saran para Dokter online di media sosial, masa pemulihan pengidap Covid-19 adalah 14 hari atau dua minggu. Masa isolasi mandiri untuk pasien bergejala ringan adalah 10 hari sejak gejala awal ditambah 3 hari tanpa gejala, sudah bisa dianggap sembuh dan tidak menularkan virus ke orang lain.
Bagaimana jika hasil antigen/PCR masih positif? Hasil test PCR masih menunjukkan positif karena masih terdeteksi ada virus di dalam tubuh, tapi sudah mati/tidak aktif sehingga tidak dapat menularkan ke orang lain. Hanya tinggal bangkai saja dan bisa terbuang hilang dari tubuh secepatnya jika metabolisme tubuh bagus.
Selama 14 hari tersebut, gejala Tian cukup berbeda dari gejala umumnya. Hari pertama dan kedua, Tian demam dan menggigil. Hari kedua juga, Tian mual-mual terus tapi gak bisa muntah dan BAB. Hari ketiga, Tian mulai diare selama dua hari. Hari kelima, baru muncul anosmia selama seminggu penuh. Jadi gejala lima hari pertama memang lumayan menyiksa, tapi setelah hari keenam dan seterusnya, Tian udah mulai segar dan normal, hanya saja indera penciuman dan perasanya yang belum normal.
Jadi, inilah yang saya berikan ke Tian selama masa pemulihan:
- Paracetamol untuk demam
- Obat maag sebelum makan untuk mual
- Obat diare selama dua hari, stop saat udah gak diare lagi
- Madu diminum setiap hari
- Vitamin dan suplemen (silakan konsultasi terlebih dahulu dengan Dokter)
- Setiap hari, mertua membuatkan rebusan rimpang (jahe, kayu manis, sereh, dll) yang dicampur dengan madu dan jeruk nipis
- Minyak kayu putih untuk dihirup-hirup selama anosmia, dan diusap ke perut saat mual
- Obat kumur
- Berjemur setiap pagi, tapi kemarin Tian cuma berjemur beberapa hari karena sering mendung dan hujan
Empat belas hari kemudian, tepatnya tanggal 3 Juli 2021, Tian swab test lagi dan hasilnya sudah negatif. Alhamdulillaaaaaaaaah
CARA MERAWAT PENGIDAP COVID-19 SELAMA MASA ISOMAN
Selama masa isoman, tentu gerak dan aktivitas Tian sangat terbatas di dalam ruangan kerjanya saja, sehingga saya yang mengurus semuanya. Setiap sore, saya membersihkan seluruh ruangan, disapu dan dipel, dilap semua meja, bangku, dan menyemprot seluruh ruangan dan benda-bendanya dengan alkohol. Setiap 3 hari sekali, saya ganti sprei, selimut, dan sarung bantal guling. Saya cuci sendiri bersama baju kotor yang lainnya juga. Gak tega euy kasih ke laundry karena takut mereka terpapar hehehe. Piring dan gelas kotor pun saya cuci terpisah dari wastafel dapur.
Setelah saya selesai membersihkan ruangan, saya semprot sapu dan pel dengan alkohol, saya semprot juga seluruh badan saya sebelum masuk ke kamar, lalu langsung lepas seluruh baju dan segera mandi sebelum main lagi sama Biandul.
Baca juga: The Hardest Part of Life - 2020
Edukasi tentang virus Covid-19 juga makin saya gencarkan ke Biandul, supaya dia paham kalau di rumah ini lagi banyak yang sakit dan Bian gak bisa ketemu untuk main dulu. Kadang, kalau lagi lupa, Biandul suka refleks buka pintu kantor Ayahnya terus langsung saya ingatkan untuk gak masuk ke dalam dulu karena Ayah lagi sakit dan sementara stay di sana dulu. Selebihnya kegiatan di rumah berjalan seperti biasa aja sih. Mertua saya demam dan istirahat total selama tiga hari setelah vaksin, lalu lanjut kerja dan beraktivitas lagi kayak biasanya.
Sebelumnya, akhir tahun lalu, bapak mertua saya udah terpapar lebih dulu dan harus dirawat di RS selama dua minggu lalu lanjut isoman di rumah selama seminggu. Total penyembuhan selama tiga minggu, dan kami semua bergantian mengurus keperluannya. Sekarang, keadaannya berbalik, yang diurus banyak, yang mengurus cuma dua orang aja. Semoga ibu mertua gak terpapar, dan lumayan lega karena udah vaksin, dan saya juga akan sesegera mungkin vaksin setelah semua yang terpapar di rumah dinyatakan negatif. Semoga kasus ini adalah yang terakhir dan gak terjadi lagi. Capek banget guys, dua minggu serasa lama banget.
TINDAKAN PREVENTIF YANG HARUS DILAKUKAN
Gak lain dan gak bukan hanyalah pakai masker terus dan selalu sedia hand sanitizer. Jangan lupa cuci tangan setiap habis pegang barang atau kontak dengan pasien. Saya juga sering semprotin seluruh badan dengan cairan alkohol setiap habis masuk ruangan Tian. Saya sangat menjaga jarak dan membentengi diri super ketat demi Biandul supaya dia juga gak terpapar. Gak tau bakal kayak apa jadinya kalau anak saya kena juga sih, apalagi gak bisa pisah dari saya, kan. Semua akan serba ribet. Jadi, lebih baik jaga diri seketat mungkin, lebih taat prokes lagi, dan banyakin sabar. Selama masa isoman pasti akan ada banyak yang menguji kesabaran, akan ada banyak senggolan yang bikin sensitif dan ngambek-ngambekan. Misalnya pasien ngerasa bosan dan sering ngajak ke luar rumah, yang harusnya gak boleh cyinnn. Atau jarang pakai masker saat lewat-lewat ke ruangan lain, karena takut menularkan ke orang rumah yang lainnya. Wajar banget bakal rewel, namanya juga lagi sakit, tapi sebisa mungkin diminimalisir tuh emosiannnya. Apalagi penyakit ini tuh gak cuma menyerang fisik aja yang dibikin lemah, tapi juga mentalnya dihajar habis-habisan.
Jangan lupa satu hal penting lagi, DI RUMAH AJA, YUK. Kita nonton Netflix kek, bikin mainan sama anak kek, masak-masak resep baru kek, apapun deh asal jangan keluyuran hang out dulu. Biar yang keluar rumah itu yang butuh bekerja aja, terus pulang lagi. Jangan bikin kerumunan yang gak penting dulu.
Semoga cerita saya yang panjang banget ini bisa berguna dan bermanfaat buat pembaca, yaa. Tetap semangat terus bertahan sampai pandemi selesai dan hilang dari negara kita, dan kita bisa bebas keluar beraktivitas tanpa worry. Huhu entah kapan tapi saya selalu berdoa semoga disegerakan.
Yuk share tips dan saling semangatin di kolom komentar supaya kita bisa saling menguatkan bagi semua yang sedang merawat diri/keluarga yang terpapar Covid-19 😊