Serial Netflix Ginny & Georgia baru saja menayangkan season 2 di awal Januari 2023. Kehidupan Georgia, sebagai ibu tunggal dari dua anak dan sering berpindah-pindah, menemukan lebih banyak drama, konflik, dilema, risiko, dan pada saat yang bersamaan juga menemukan nilai hidup yang berbeda di kota Wellsburry.
Pada saat saya menonton season 1 di tahun 2021 lalu, saya pikir ini drama biasa aja, yang isinya tentang bonding ibu dan anak dan drama keluarga. Ternyataaa, lebih dari itu, series ini mengangkat tema mental health yang berhasil digali dengan sangat dalam oleh Sarah Lampert. Bahkan, Netflix menyediakan sebuah ruang bagi semua orang yang butuh support dan bantuan dalam hal mental issue di website www.wannatalkaboutit.com, dan hal ini juga disiarkan di setiap akhir episodenya, yang semakin meningkatkan awareness penonton bahwa serial ini mengandung banyak unsur emosionalnya.
Saya lanjut menantikan season 2, yang ternyata konflik di dalamnya semakin intens dan padat. Meskipun begitu, drama ini masih tergolong ringan untuk ditonton karena vibe-nya enak banget. Kita jadi diingatkan tentang banyak hal yang sering kita temui di keseharian; persahabatan, pasangan, kehidupan masa muda, hubungan dengan keluarga, sampai dengan how to deal with traumas. Yap, trauma masa lalu memang menjadi hal yang kadang susah untuk kita lepaskan, dan hal itu dapat memperburuk hubungan kita di masa depan dengan orang-orang di sekitar kita.
Ketika saya selesai menyelesaikan semua episode Ginny & Georgia, saya bisa bilang bahwa series ini the best banget! Saya berani kasih rating 10/10★ karena banyak banget kesan yang bisa saya ambil dari sebagian besar karakter di dalamnya, dan wajib disadari bahwa kesehatan mental itu penting banget. Mau ikut saya bedah satu-satu? Yuk baca sampai akhir!
Disclaimer: saya berusaha untuk gak kasih tahu lebih banyak cuplikan karena khawatir malah jadi spoiler, jadi semoga setelah membaca ini, kamu tidak kesal karena merasa kena spoiler yaaaa.
SINOPSIS
Georgia Miller adalah seorang ibu tunggal yang memiliki dua orang anak, Virginia (Ginny) dan Austin, dinamakan sesuai dengan temnpat lahir mereka. Kisah hidup Georgia cukup kelam dan bisa dikatakan buruk serta penuh dengan trauma, sehingga kehidupannya pun tidak ada yang bisa dibanggakan. Ia banyak menyimpan rahasia itu dari anak-anaknya, dan berjuang mencari kehidupan yang aman, nyaman, dan settled.
Jika ada masalah, Georgia lebih memilih untuk lari dan pindah. Ginny dan Austin tak pernah dilibatkan untuk hal apapun, kecuali menuruti semua rules dari Georgia. Mereka berkali-kali pindah sekolah dan hampir tidak pernah memiliki teman karena selalu menjadi anak baru. Saat akhirnya mereka pindah ke kota Wellsburry, Georgia merasa kali ini kehidupannya akan berbeda.
Georgia mendapatkan pekerjaan dan memacari walikota Wellsburry, Paul Randolph. Ginny memiliki teman bahkan pacar di sekolah barunya. Austin masih berusaha beradaptasi di sekolah. Tetapi, apakah Wellsburry benar-benar tempat yang tepat bagi mereka untuk menetap dengan aman? Tentu tidak semudah itu. Apalagi Ginny sudah tumbuh remaja, dan Georgia sudah tidak bisa lagi menyembunyikan rahasia, karena Ginny sanggup dan berani untuk mencari tahu segalanya, termasuk alasan Georgia menerapkan bad parenting ke anak-anaknya selama ini.
Hal-hal itu membuat Ginny cukup depresi karena sering adu argumen dengan Georgia. Semua yang Georgia lakukan tampak misterius dan mencurigakan. Ia bahkan tidak lagi bisa memercayai ibunya sendiri. Belum lagi masalah asmara dan persahabatan di sekolahnya yang juga menyita pikirannya.
KEHIDUPAN DI WELLSBURRY
Ada alasan tersendiri bagi Georgia tentang pilihannya pindah ke Wellsburry. Kisah masa lalunya pun kerap ditayangkan sebagai flashback, dan semua itu sangat berhubungan dengan semua keputusan yang diambil oleh Georgia, misalnya; mengajak Ginny menggunakan alat kontrasepsi saat tahu Ginny memiliki pacar, menyimpan dua senjata api diam-diam, menggelapkan keuangan di tempatnya bekerja, dan masih banyak hal lain yang Ia akui tak terpuji, tapi demi bisa melindungi anak-anaknya, semua akan tetap Ia lakukan. That's a bad parenting!
Georgia tidak pernah mempelajari bagaimana menjadi orangtua yang baik. Ia hanya selalu belajar cara mencurangi segala hal agar bisa bertahan hidup dan tidak terpisah dari anak-anaknya, meski hidupnya tidak akan pernah aman. Tetapi, di samping itu, kehidupan kita semua tentu sama, tak pernah lepas dari masalah yang selalu menghantui kita, di manapun berada. Membuat kita merasa tak aman dan bernapas lega.
Di Wellsburry, semua orang memiliki sisi gelapnya masing-masing, masalah yang terasa seperti ancaman di setiap detik. Membuat semua orang lupa menikmati kebahagian hari ini, sibuk mencemaskan hal buruk yang terus terjadi. Mari kita bongkar satu per satu, yuk!
GEORGIA MILLER
Trauma masa lalu tentang pelecehan seksual yang dilakukan oleh ayah tirinya membuat Georgia, yang dulu bernama Mary, lari dari rumah dan mulai hidup berpindah-pindah. Ketika Ia selalu merasa bahwa hidup ini didesain dan dirangcang untuk laki-laki, maka tak ada tempat untuk perempuan. Dunia selalu meremehkan perempuan, dan laki-laki merasa berkuasa di dunia ini. Maka, satu-satunya jalan adalah beradaptasi dan bertahan. Itu yang selalu dilakukan Georgia, meski dengan cara yang tidak wajar.
Bad parenting yang dilakukan Georgia selama seluruh season Ginny & Georgia bakal bikin kita super gregetan, karena benar-benar menyebalkan. Saya langsung ikut kesal ketika Ginny selalu merasa bahwa Georgia tidak memiliki batasan terhadap privasi anaknya. Semua hal harus ikut aturannya. Ginny harus terbuka dan memercayainya, tapi bahkan Ia tidak pernah terbuka kepada Ginny. Jika masa lalu saya seperti itu, saya rasa juga tidak akan sanggup membuka semua luka itu untuk diketahui oleh anak-anak saya.
Tidak mudah baginya membuka luka lama, meskipun ke anaknya sendiri. Ia bahkan berkata pada Ginny, "If you knew, you'd never look at me at the same way. There'd be no coming back from that". Damn! Saya, yang tadinya menyalahkan Georgia karena jadi ibu yang buruk selama ini kepada kedua anaknya, langsung dibuat paham bahwa semua yang Ia alami sejak kecil terlalu kelam untuk dibuka dan diperlihatkan ke anak-anaknya. Ia hanya ingin anaknya memiliki masa kecil yang indah, dan tidak melihat bahwa ada sejarah kelam yang panjang yang membayangi kehidupannya selamanya. Tapi, Ginny pun tidak keterlaluan. Sebagai anak remaja yang sudah paham melihat kondisi di depan matanya, Ia pasti penasaran kenapa ibunya selalu punya masalah yang dirahasiakan darinya. Sebesar apa masalah itu?
Luka masa lalu yang tidak disembuhkan, akan terus menghantui hidup kita selamanya, membuat kita hidup dalam neraka dan penyiksaan. Bahkan lebih dari itu, semuanya aka memengaruhi kehidupan orang-orang di sekitar kita juga; pasangan, anak-anak, keluarga.
Baca juga: Sudahkah Kita Berdamai dengan Masa Kecil?
VIRGINIA MILLER
Berbeda dengan pengalaman di sekolah-sekolah sebelumnya, Ginny tidak pernah memiliki teman/sahabat. Tapi di Wellsburry, ia langsung diterima hangat oleh Max, anak Ellen yang rumahnya bersebrangan dengan Ginny. Max punya gang di sekolah, yang kemudian perlahan menerima Ginny juga menjadi bagian dari geng itu. Tak hanya itu, Ginny juga memiliki kekasih untuk pertama kalinya, meskipun harus dibumbui dengan drama perselingkuhan dengan Marcus, saudara kembar Max. Kehidupan Ginny di Wellsburry ternyata benar-benar berbeda, dan Ia sangat menyukainya.
Ginny, yang sudah memasuki usia 16 tahun, mulai merasa sadar bahwa sudah saatnya Georgia tidak mengatur hidupnya lagi. Tetapi, semua kebohongan Georgia yang mulai terbuka satu-satu, membuatnya sering bertengkar dan tidak lagi memercayai siapapun. Ginny bahkan bilang bahwa Ia tidak pernah merasa punya suara. "Of course, I hurt myself. When you don't have a voice, you have to scream somehow". Sudah lama sejak Ia merasa ingin menyakiti dirinya sendiri, dan Ia selalu berusaha menutupi itu dari semua orang lain.
Perilaku self-harm yang dilakukan Ginny merupakan salah satu sinyal bahwa Ginny butuh pertolongan. Kondisi mentalnya yang tidak stabil karena kehidupannya dengan Georgia membuatnya tidak dapat mengontrol dirinya sendiri, dan Ia merasa puas setelah melukai dirinya sendiri. Pada akhirnya, ketika Ia memberitahu Ayahnya, Ginny mendapatkan sesi terapi agar dapat mendistraksi diri dari perasaan ingin melukai diri sendiri, dan mencari sumber dari masalah itu.
AUSTIN
Anak kedua Georgia ini baru berusia 9 tahun. Berbeda dengan Ginny yang lebih cepat beradaptasi, ternyata Austin sering bermasalah dengan teman sekelasnya, Zach. Zach sering menyombongkan hidupnya yang serba mewah dan normal, dan menganggap bahwa Austin aneh karena hidup dalam dunia khayalan Harry Potter. Saat Austin tidak bisa mengontrol dirinya, Ia menusuk tangan Zach dengan pensil runcing. Meskipun sudah diberitahu oleh pihak sekolah bahwa Austin butuh terapi, Georgia tetap tidak melakukannya karena tidak percaya bahwa psikolog dapat membantu permasalahan orang hanya dengan mendengar ceritanya saja, like..... hellooooo! Kok lu ngeremehin mental anak lu gitu sih??!
Austin lebih banyak diam dan hampir tidak pernah protes. Mungkin karena Ia masih kecil, Ia hanya dapat mengikuti peraturan yang dibuat Georgia saja. Sebagai laki-laki, Ia tidak memiliki sosok ayah sebagai role model, karena ayahnya di penjara. Jika marah, Austin akan melakukan aksi diam dan tidak berbicara kepada siapapun selama berbulan-bulan, dan memendam itu bukan cara yang aman untuk menyelesaikan masalah.
GENG MANG (MAX, ABBY, NORAH, GINNY)
Pada awalnya, saya mengira geng ini toxic banget, karena cuma Max yang menerima Ginny sebagai temannya. Berbeda dengan Abby dan Norah yang malah merasa pertemanannya terganggu sejak Ginny datang. Mereka bahkan pernah menjebak Ginny untuk mencuri di toko perhiasan dan malah sembunyi tangan. Tetapi, lama kelamaan hubungan mereka malah semakin erat. Mereka punya masalahnya masing-masing, dan tetap bisa ada untuk saling mendukung.
Geng MANG saat acara the sleepover di sekolah Wellsburry. Kompak pakai piyama dan baju kembar ❤ |
Max, si lesbian, sibuk dengan perasaannya yang sering dibuat patah hati oleh pasangannya, kadang lebih sering merasa bahwa dunia harus berpusat pada dirinya dan jarang melihat bahwa teman lainnya membutuhkan support yang lebih banyak. Abby depresi karena jadi anak broken home, orangtuanya cerai dan ayahnya begitu cepat punya pacar lagi, sedangkan Ia tak pernah merasa dicintai oleh siapapun, bahkan pacar. Bentuk tubuhnya pun bukan hal yang Ia sukai. Ia sering menggunakan solasi di bagian pahanya agar kakinya terlihat kecil dan jenjang, karena Ia takut dilihat gendut. Norah adalah satu-satunya yang tidak ter-expose kehidupan pribadinya. Kisah asmaranya dengan pacarnya pun lancar dan langgeng selama beberapa tahun.
Yang bikin saya suka, chemistry keempat orang ini terlihat natural banget, seakan mereka bestie beneran gitu di kehidupan nyata, karena setiap melihat scene mereka bersama, saya tidak melihat mereka sedang berakting. Keren banget! Jadi kangen sama geng waktu di sekolah dulu deh, ehehehe.
MARCUS
Saudara kembar Max ini digambarkan sebagai bad boy yang tertutup. Berbeda dengan Ginny, Ia lebih suka menyendiri dibandingkan bergaul dengan teman atau keluarga. Meskipun begitu, ternyata Ia dan Ginny saling tertarik dan merasa fitted each other. Marcus pernah berada di kondisi paling rendah, saat depresi tiba-tiba menyerangnya, membuatnya selalu merasa tidak pantas untuk dimiliki oleh siapapun, termasuk Ginny. Ia hanya mabuk dan menutup diri di kamar, bolos sekolah, dan tidak mau ditemui oleh siapa-siapa. Apalagi dulu Ia pernah ditinggal sahabatnya meninggal karena sakit kanker, dan kondisinya sangat terpuruk.
Sisi baik yang saya lihat dari series Ginny & Georgia ini adalah, bahwa sebagian besar orang di lingkungan ini sangat aware dengan mental health, dan tidak pernah ragu untuk melakukan sesi terapi jika terlihat kecenderungan yang mengarah ke depresi.
EVERYTHING WE KNOW ABOUT GINNY & GEORGIA
Selain mengangkat tema mental health, series Ginny & Georgia juga mengangkat isu rasisme yang dilakukan oleh guru Ginny di sekolah, karena selalu bersikap tak acuh bahkan mendiskriminasi semua siswa berkulit hitam. Saat Ginny masuk ke kelasnya, Ginny beberapa dibuat tidak nyaman dan merasa dipojokkan oleh gurunya ini. Untungnya, Max, Hunter, dan beberapa teman lainnya justru mendukung untuk melawan guru ini.
Isu besar lain yang diangkat adalah tentang betapa beratnya menjadi orangtua, betapa sulitnya bertanggung jawab terhadap kehidupan anak-anak, dan seberapa besar kita bisa membuat anak-anak tumbuh sebagai orang bijak, yang selalu dapat berpikir jernih tentang semua keputusan agar tidak ada penyesalan. Menjadi orangtua tidak hanya bertugas membuat anak aman, sehingga melakukan segala cara, tetapi juga menjadi teladan yang pantas dicontoh agar anak tidak melakukan kesalahan yang dilakukan orangtuanya.
Season 2 berjalan sangat intens, seakan semua episode penuh dengan konflik tanpa membiarkan kita menarik napas jeda. Saat Ginny & Georgia semakin menemukan jalan buntu untuk tetap bersama menjalani kehidupan, Ginny semakin memandang bahwa ibunya adalah sosok yang sangat buruk dan tidak bisa dibanggakan, bahkan tidak bisa menjadi seseorang yang dapat dijadikan sandaran saat Ia butuh dukungan. Ia tidak bisa lagi percaya dengan semua yang Georgia katakan dan lakukan. Ia hampir selalu marah pada ibunya dan menutup mata atas kasih sayangnya.
Georgia mengakui bahwa semua yang dilakukan adalah buruk dan tidak pantas untuk dibanggakan. Tetapi, Ia melakukannya untuk melindungi dirinya dan anak-anaknya. Ternyata hal itu merupakan beban untuk Ginny. "I'll do anything for you", bermakna pengorbanan yang juga sekaligus beban bagi orang yang dilindungi. Sebaliknya, seburuk apapun yang Georgia lakukan, Ia tetap mencintainya dengan tulus. Ia tetap mampu berdamai dengannya, meskipun sangat sering saling berteriak saat egonya tak mau diajak mengalah.
Lalu, apa hal baik yang bisa dilihat dari Georgia?
- Karena usianya yang masih muda, Georgia kadang menempatkan diri sebagai teman Ginny dan berusaha berpikiran terbuka. Ia sangat bahagia ketika Ginny memiliki kehidupan normal sebagai remaja pada umumnya. Meskipun Ginny melakukan beberapa kenakalan, Ia memberi nasehat yang bijak pada Ginny, alih-alih hanya menghukumnya untuk efek jera.
- Georgia mampu bertanggung jawab atas dua anaknya, meski tanpa dibantu oleh pasangannya. Ia tetap membersarkan dua anaknya, dan berjuang agar tidak kehilangan kedua anaknya (meskipun caranya salah dan tetap tidak bisa dibenarkan).
- Georgia selalu punya ide bagus yang membuat semua orang tertarik. Pekerjaannya di kantor walikota cukup lancar karena beberapa ide Georgia cukup sukses dilakukan selama masa kampanye Paul. Dia pernah bilang saat pertemuannya pertama kali dengan Paul, "You give me lemons, you'll have lemonade, lemon pie, and lemon meringue". That's mean dia bisa melakukan pekerjaan apa saja.
- She's beautiful, sexy, hot! That's it! Hahaha. Bajunya bagus-bagus banget, makeup-nya juga cantik. Apalagi cara bicaranya yang penuh percaya diri, beuh!
Ada dua scene yang paling menyentuh dan bikin nangis di season 2, yaitu di episode 3, saat Georgia bilang pada Ginny, "You can think I'm the worst mother, I'm not worthy anything, but you are". Ginny sangat marah karena baru tahu tentang rahasia kelam yang disimpan Georgia selama ini, tapi Georgia akhirnya menumpahkan semua perasaannya, tentang alasan mengapa Ia melakukan itu, tentang bagaimana Ia berjuang dan bertahan sejauh ini hanya demi anak-anaknya agar bisa memiliki masa depan.
Di episode 6, saya kembali dibuat menangis saat akhirnya Georgia tahu bahwa Ginny sering melukai dirinya sendiri. Ia menangis dan berkali-kali memeluk Ginny, meminta maaf atas perbuatannya selama ini yang membuat Ginny tersiksa, hingga harus merasa depresi dan melukai dirinya sendiri. Ia menyesal karena tidak menyadari hal itu. Setelah kejadian itu, Georgia selalu berusaha ada di samping Ginny, menghabiskan waktu bersama, menjadi ibu yang baik dan friendly. Georgia seakan tidak rela jika anaknya harus ikut menanggung sakitnya, karena masalah yang dihadapinya. Bahkan, Ia bilang, "You give all that pain to me, I can handle this" sambil terus memeluk Ginny.
Wah, kalau ngomongin serial ini rasanya banyak yang pengin dibahas, saking banyaknya pesan moral yang bisa kita ambil sejak dari episode pertama. Kita tidak pernah bisa belajar menjadi orangtua, karena proses belajarnya tanpa henti seumur hidup. Selama itu pula kita mungkin akan melakukan kesalahan, dibenci oleh anak atas semua peraturan yang kita buat, merasa menjadi sosok orangtua yang gagal, tapi kasih sayang yang kita berikan akan selalu nyata untuk dirasakan.
Nah, gimana, udah penasaran mau nonton? Udah, gak usah ditunda-tunda. Serial ini saya jamin bagus banget, dan seharusnya menjadi peringkat satu di Top10 Netflix sih, haha. Kalau setuju sama poin yang saya tulis, jangan lupa share tulisan ini ya. Kalau mau tambahin juga boleh banget tulis komentarnya! Terima kasiih.