Sudah agak lama saya follow akun Instagram Annisa Steviani, seorang parenting blogger yang juga kadang bahas masalah marriage, financial plan, doodling, drakor, investasi, ya banyak sih yang dia bahas, dan tentunya, dia adalah penulis buku anak yang berjudul Berbeda itu Tak Apa. Kayak gak ada habisnya gitu setiap hari adaaa aja yang diceritain di Story-nya hahaha.
Beberapa hal relate banget dan seringnya saya setuju sama pendapatnya. Kalau ada pembahasan yang berbeda pemikiran dengan saya, ya gak apa-apa. Itulah yang dinamakan menghargai perbedaan. Kita gak bisa asal nge-judge orang yang memiliki perbedaan pendapat dengan kita, karena tentunya benar dan salah akan tetap bergantung pada perspektif masing-masing.
Selama ini, yang saya amati, Mbak Annisa kalau berbagi pendapat ya pasti sesuai dengan pengalamannya. Tentu kita bisa skip kalau gak sesuai dengan pengalaman atau kondisi kita. Pintar-pintar saja menyaring informasi, apalagi banyak banget kan influencer di media sosial yang membagikan pendapat mereka, dan belum tentu mereka selalu benar dan harus kita ikuti.
TENTANG SEBUAH PERBEDAAN
Sama seperti perbedaan pendapat, manusia di dunia ini juga dilahirkan dengan banyak perbedaan lainnya; mulai dari perbedaan agama, fisik, bahkan bahasa. Perbedaan ini sebetulnya bukan sebuah hal yang salah, tapi, masih banyak orang yang memberikan batasan standar bagi suatu hal, seperti misalnya perempuan yang cantik hanyalah yang bertubuh langsing dan berkulit terang, atau siswa yang pintar hanyalah yang selalu menempati peringkat teratas di kelas. Padahal gak selalu juga.y
Bagi sebagian orang yang mengalami disabilitas juga gak jarang mendapat perlakuan yang berbeda dari orang-orang yang memiliki fisik sempurna. Padahal, orang-orang dengan disabilitas juga mampu berteman dengan baik, memiliki hak yang sama dengan orang lain, juga bisa berprestasi meskipun memiliki keterbatasan.
Di berbagai media juga sering diberitakan bahwa banyak sekali rumah ibadah yang dihancurkan atau gak mendapat izin bangunan, padahal katanya Indonesia memiliki beragam agama. Kita memiliki agama yang berbeda, tapi kita masih tetap bisa berteman dan menghargai perbedaan. Kita masih sama-sama manusia yang bisa berbuat baik satu sama lain, apapun agamanya.
Pemahaman tentang perbedaan dan belajar menghargai perbedaan ini harus dibentuk sejak dini, agar anak-anak dapat terbiasa dengan segala perbedaan. Anak-anak sebaiknya dibentuk untuk dapat menghargai perbedaan, agar gak punya mental pem-bully atau ter-bully.
Baca juga: Menanam Nilai Kebaikan
Belajar menghargai perbedaan adalah salah satu hal penting yang bisa kita ajarkan dengan banyak cara yang menarik, agar dapat lebih mudah terserap oleh anak, seperti misalnya menonton film dari berbagai negara dengan ciri fisik yang berbeda, atau membacakan buku dongeng yang mengajarkan anak tentang perbedaan.
MENGAPA KITA BERBEDA?
Pertanyaan ini mungkin akan sering dilontarkan anak-anak, ketika kita mengenalkan pada mereka bahwa manusia itu memiliki banyak perbedaan, dan itu semua tak apa. Kalau Biandul bertanya ke saya, mungkin akan saya jawab, "karena semua manusia memiliki ciri khas yang harus dapat dibedakan satu sama lain, seperti misalnya perempuan berbeda dengan laki-laki, anak-anak berbeda dengan orang dewasa, dan itu semua menandakan identitas diri."
Yap, itu alasan yang paling masuk akal dan mudah dicerna oleh anak-anak. Lihat saja semua wajah teman-teman di sekitar rumah, semuanya pasti berbeda sehingga kita bisa mengenal mereka dengan identitasnya masing-masing. Kalau semua orang sama, gimana caranya saya tahu kalau dia adalah anak saya atau anak tetangga? Karena ciri khas anak saya akan berbeda dengan anak tetangga, mulai dari tinggi badannya, warna kulitnya, bentuk rambutnya, dan lain-lain.
Penjelasan tentang perbedaan harus diajarkan perlahan sesuai dengan kemampuan anak mencerna. Kebetulan, Biandul baru berumur 3 tahun 9 bulan. Mungkin, seusia dia baru paham tentang perbedaan fisik, usia, dan bahasa. Seiring dengan pertambahan usia, mereka akan paham tentang perbedaan lainnya, seperti; perbedaan agama, budaya lokal dan internasional, serta ras yang ada di seluruh dunia.
MENGAJARKAN ANAK TENTANG BERBEDA ITU TAK APA
Jika anak sudah mengerti bahwa kita semua berbeda, maka saatnya kita menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling menghargai perbedaan, karena berbeda itu tak apa. Gak ada yang salah dengan perbedaan yang kita miliki, dan kita semua tetap bisa bersahabat. Ada banyak cara untuk mengajarkan anak tentang hal ini, misalnya salah satunya adalah dengan membacakan dongeng atau buku cerita tentang perbedaan.
Membacakan cerita atau dongeng juga pasti harus punya trik tertentu agar anak tertarik dan mudah mengerti. Mengutip dari sumber JENDELA Pendidikan dan Kebudayaan, cara membacakan dongeng kepada anak bisa dengan cara berikut:
- Menentukan tema yang sesuai, misalnya kisah persahabatan binatang yang berbeda. Meskipun mereka berasal dari jenis binatang yang berbeda, tapi mereka tetap bisa bersahabat.
- Membangun suasana bercerita, ibu harus memiliki semangat yang tinggi dalam bercerita sehingga anak akan excited saat mendengarkannya.
- Menceritakan dongeng dengan ekspresi wajah yang menarik, hampir mirip dengan poin 2, bahwa semakin kita lebay dalam membawakan cerita itu, semakin anak tertarik dan mudah mencerna apa yang sedang kita coba ajarkan.
- Mengajak anak mengambil kesimpulan. Jadi, anak juga diberikan kesempatan untuk berbicara dan mengungkapkan isi pikirannya. Komunikasi dua arah dapat membuat anak merasa dihargai dan senang diajak berdiskusi.
Apa Ibu-Ibu punya saran menarik lainnya untuk di-share? Boleh banget loh menambahkan di komentar, supaya saya punya banyak ide lain juga untuk diterapkan 😊
REVIEW BUKU "BERBEDA ITU TAK APA" OLEH ANNISA STEVIANI
Salah satu buku cerita yang akhirnya saya beli dan bacakan untuk Biandul adalah buku Mbak Annisa Steviani yang berjudul "Berbeda itu Tak Apa", karena di dalamnya ia banyak mencontohkan tentang perbedaan. Waktu itu, seingat saya, anaknya yang bernama Xylo akan berulang tahun, dan Mbak Annisa ini berinisiatif menerbitkan buku sebagai souvenir ultah anaknya, yang akhirnya diperjualbelikan sekaligus disumbangkan. Saya termasuk salah satu yang ikut pre-order, entah berapa bulan lupa banget, akhirnya jadi juga dan saya terima bukunya.
Selain mengajarkan bahwa berbeda itu tak apa, ada satu halaman di dalam buku ini yang menyebutkan profil beberapa orang sukses dan berhasil meskipun memiliki keterbatasan karena kondisi fisik yang mengalami disabilitas. Mbak Annisa mencoba menyemangati kita semua, bahwa kita bisa menjadi sukses dan meraih impian kita, apapun itu, meski secara fisik kita memiliki banyak perbedaan. Again, berbeda itu tak apa.
Mbak Annisa selalu menekankan bahwa berbeda itu tak apa, dan kita semua beragam, sehingga kita gak perlu jadi seragam. Sebuah pesan yang mungkin dapat membentuk mindset untuk anak-anak, bahwa mereka semua tetap bisa hidup berdampingan meski memiliki banyak perbedaan.
Tokoh utama dalam buku ini, tentu saja anak tunggalnya yang berusia lima tahun (saat buku ini diterbitkan), yang bernama Xylo. Di dalam buku ini, Xylo seakan memperkenalkan beberapa temannya yang memiliki banyak perbedaan, seperti bentuk fisik, negara asal, bahasa, agama, dan lain-lain.
Alasan lain yang membuat saya ingin membeli buku ini adalah karena tujuannya membuat buku ini bukan untuk mendapatkan profit, tetapi juga ingin berdonasi. Seperti memberikan secuil ide yang berdampak besar, bahwa souvenir ultah anak juga bisa dikemas sespesial ini dan bisa berguna untuk orang lain. Selain memberikan ilmu dan mindset bahwa berbeda itu tak apa, kita juga ikut berdonasi untuk teman kita yang membutuhkan. Hmm, ultah Biandul yang ke-4 nanti kita bikin apa dong? Langsung kepikiran 🤣🙈
Buku ini berisi 34 halaman, dikemas dengan visual super lucu banget oleh David Thio yang memanjakan mata, dan ada satu hal seru lainnya: ada bonus board game ular tangga! Anak-anak harus kenal dengan mainan tradisional ini, nih! Biar gak cuma ngerti main game di ponsel doang. Biandul sampai sekarang masih sering ngajak main ular tangga ini, lho! Seneng banget dia, bisa seru sendiri kalau udah main ini sama saya.
Kekurangan dari buku ini hampir gak ada sih. Cover-nya jelas aman banget dan gak gampang rusak atau sobek, kertasnya tebal, warna dan gambarnya gemas, tapi karena dadu untuk main ular tangganya dari kertas, jadi gampang rusak kalau dimaininnya sering banget. Punya Biandul udah lecek dan gak tau berapa kali dilem ulang nih hahaha. Kayaknya akan beli dadu yang berbahan keras beneran aja deh sama sekalian kocokannya biar gak gampang rusak. Selain dadu, ada versi kartunya juga sebagai kocokan urutan main, tapi saya gak paham gimana caranya jadi kartunya gak digunting dan digunain.
Saya jadi kepikiran untuk review lebih banyak buku anak lagi yang saya punya untuk Biandul. Kapan-kapan saya share satu per satu yaaa. Dari Biandu bayi banget memang saya sukanya belanjain dia buku, biar dia suka baca dan karena gemas sendiri sih sama buku-buku bayi. Bentuk dan gambarnya ituloooh, lucu semuaaa. Waktu ngeborong buku di BBW aja bahkan yang saya beli sebagian besar itu buku bayi hahaha.
Kalau ada yang mau beli buku ini, sepertinya masih dijual di website penerbitnya, Little Quokka. Kalian bisa intip info lebih lengkapnya aja di Instagram Mbak Annisa: @annisast, dan DM langsung untuk tanya-tanya ke yang bersangkutan, ya.
BERBEDA ITU TAK APA
KITA BERAGAM, TAK PERLU JADI SERAGAM
"Sebuah buku tentang keberagaman karena perbedaan harus diajarkan."
Penulis: Annisa Steviani
Editor: Lilih S. Hilaliah
Ilustrator: David Thio
Penerbit: Little Quokka (Copyright 2021)
Isi: 34 halaman
Ukuran: 21.5 x 21.5cm
Harga: Rp144,000
BONUS
Board game “Ular Tangga Tenggang Rasa”
Bahan: Ivory 230gr
Ukuran: 42x42cm
Termasuk pilihan dadu atau kartu untuk bermain.