Akhirnya Jadi Bumil Lagi Kedua Kalinya!

Sebagian teman-teman mungkin sudah banyak yang tahu kabar ini, tapi saya belum sempat cerita di Blog nih. Yap, saya akhirnya dikasih kesempatan untuk hamil anak kedua di tahun ini, alhamdulillah 🥹 Bisa dibilang, ini sebuah keputusan besar yang akhirnya berani saya ambil setelah bertahun-tahun selalu meragukannya.

Buat teman-teman yang pernah ingat, mungkin pernah baca juga cerita di Blog ini bahwa saya tuh paling takut untuk nambah anak kedua. Bahkan dulu sempat pernah mikir cuma mau punya satu anak aja, tapi kok kayaknya terlalu dini untuk sesumbar yah. Takutnya suatu hari saya berubah pikiran, malah jadi susah dikasih anak lagi pas mau nambah kan. Jadi, saya anggap aja saya menunda punya anak kedua, entah sampai kapan nantinya.

Setelah tujuh tahun yang lalu sejak saya operasi caesar, akhirnya saya meyakini untuk berani menambah anak kedua. Tentu ternyata perjalanannya gak mudah ya, apalagi perang batin dengan diri sendiri yang kayaknya gak pernah ada habisnya. Sampai akhirnya, saat Biandul memasuki usia lima tahun, saya baru berani hamil lagi.

https://widyasty.com

PERJALANAN MENEMUKAN JAWABAN

Pergolakan batin yang saya lalui selama bertahun-tahun memang serasa gak punya ujung jawabannya. Tiap saya ngerasa burn out dan berat menjalani tugas menjadi orangtua, saya langsung mundur gak mau hamil lagi. Tapi di titik lain, saya kangen banget ngerasain hamil dan gendong bayi. Hmm, ya namanya kangen doang kan bukan jadi alasan ya untuk nambah anak. Jadinya saya tetap meyakinkan diri berulang kali, benarkah sudah waktunya saya menambah anak kedua?

Suami saya adalah orang yang lebih dulu merasa bahwa ada baiknya kita bisa punya anak lebih dari satu, tapi kalau saya gak setuju atau belum siap, dia pun gak bisa berbuat apa-apa. Karena untuk bisa mencapai tujuan itu, saya adalah satu-satunya yang berhak menentukan; saya yang hamil, melahirkan, menyusui, dan sebagian besar mengurus anak. Bersyukur banget suami saya adalah orang yang sangat menghargai saya sebagai istri, perempuan, dan tentunya manusia. Bukan cuma memaksakan kehendak dirinya sendiri dan gak peduli sama saya. Makanya kami berhasil banget menunda anak sampai tujuh tahun tanpa sekalipun pakai KB. Dari sekian banyak alasan yang kami diskusikan, saya cukup setuju dengan beberapa pertimbangannya, tapi tentunya yang saya butuhkan adalah kesiapan mental dan keyakinan terlebih dahulu.

Alasan lainnya adalah karena kami juga menunggu kesiapan mental Biandul sebagai anak satu-satunya, yang menurut saya juga harus bersiap menjadi seorang kakak dan anak pertama. Waktu ia berumur 3-4 tahun, ia masih sangat gak tertarik dengan anak kecil/bayi, ia gak mau punya adik bayi, bahkan ia gak mau bermain sama anak kecil. Setiap ditanya, ia malah menangis dan bilang cuma mau jadi anak satu-satunya saja. Tentu dulu kami gak memaksa karena kami pun belum berencana, tapi ternyata setelah semakin besar, ia sendiri yang merasa sudah siap punya adik bayi. Gak tiba-tiba juga sih, tapi gak dengan cara kami bujuk juga. Ya, dia sendiri aja yang menyatakan sendiri kalau dia udah mau punya adik bayi.

PROSES MENUJU KEHAMILAN KEDUA

Pernah ada masanya, saya telat menstruasi berminggu-minggu, bahkan sampai yang seharusnya udah melewati 3x siklus tapi tetap gak mens juga. Udah lebih dari enam kali testpack pun hasilnya tetap sama; negative. Ternyata, setelah pusing menimbang keputusan untuk hamil lagi, setelah diyakinkan sama diri sendiri, prosesnya itu juga gak kalah pusing. Yep, proses berharap. Emang gak ada yang instan, tapi sayanya aja yang ngerasa sombong. Ngerasa minta waktu banyak buat memikirkan pertimbangan, sekalinya mau langsung berharap dikasih saat itu juga sama Tuhan tanpa proses. Halaaaah wkwk.

Berharap hamil dan menunggu-nunggu setiap bulan itu ternyata pegel hatiii banget. Waktu saya telat mens itu adalah waktu paling besar saya berharap sama Tuhan untuk segera diberikan kehamilan. Jadi, saya sempat kecewa ketika menemukan hasil testpack negatif berkali-kali, sedangkan saya gak kunjung menstruasi juga. Akhirnya, saya memutuskan untuk berkunjung ke Obsgyn untuk memeriksakan kondisi saya. Waktu itu saya berpikir, kalau memang belum waktunya hamil, gapapa. Asal jangan nemuin penyakit aja yang menyebabkan saya gak mens hampir sebulan ini. Saya coba nemuin Obsgyn yang sama kayak waktu saya hamil Biandul, karena emang udah cocok banget sama Beliau. Setelah USG, terlihat ada sebuah kantung kecil di dalam rahim, yang belum bisa ditentukan. Ini sel telur yang akan luruh jadi menstruasi, atau memang kantung janin yang sudah jadi tapi belum terdeteksi. Saya diminta menunggu dua minggu ke depan untuk diperiksakan lagi lebih lanjut. DUA MINGGU SERASA DUA TAHUN 😭😭

Dua minggu kemudian, pas banget saya menstruasi. Saya kecewa karena gak jadi hamil, tapi di saat yang sama juga bersyukur, ternyata kondisi saya masih baik-baik aja (gak ada indikasi penyakit tertentu). Mungkin cuma hormonnya aja yang lagi berantakan dan menyebabkan menstruasi saya gak lancar. Sebelumnya, saya gak pernah sekalipun telat mens, jadi sekalinya sebulan gak mens gini ya lumayan worry jugaa. Bisa jadi karena pikiran saya terpusat sama kehamilan, jadi secara gak langsung saya agak stres dan ngaruh ke hormon. Saya pikir, baru juga dimulai, udah stres aja. Gimana sama orang-orang yang udah promil bertahun-tahun dan masih belum berhasil? Salut banget sama kesabaran mereka, pantes aja mereka capek hati dan selalu baper sama sikap dan omongan orang lain tentang kondisi mereka. Jangan sampe deh judgy sama pasangan yang belum berhasil hamil selama bertahun-tahun dalam masa percobaan, kasiaaaan huhu.

Gak sampai di situ aja, ternyata saya dan suami awalnya cukup ambisius untuk bisa segera hamil, karena kami merasa udah sepakat dan satu tujuan, jadi gak ada alasan lain untuk menunda lagi. Tapi, kayaknya kalau memang belum waktunya, ya belum dikasih juga ya sama Tuhan, huhu. Saya sempat beli suplemen asam folat dan madu kesuburan untuk suami, nandain tanggal-tanggal subur dari kalender fertility, bahkan sempat beberapa kali pijat perut sama mbak urut langganan di dekat rumah (meskipun hal ini masih kontroversial ya, karena dianggap bukan cara yang aman untuk hamil). Satu tahun kemudian, kami tetap belum mendapatkan hasil.


Karena dengan cara yang ambisius malah bikin kita jadi gak nikmatin prosesnya, akhirnya kami pasrah aja. Gak ngarep, gak usaha lebih keras lagi, gak berjuang sengotot kemarin, tapi tetap coba terus aja tiap bulannya tanpa berharap atau nunggu. Mungkin dengan cara pasrah, kami jadi malah lebih dipercaya sama Tuhan. Kami gak mau ambil pusing lagi, jadi let it flow aja terserah Tuhan kapan dibolehinnya. Saya bahkan sampai mikir, kalau ternyata memang cuma dikasih satu anak aja dan anak kedua gak terwujud, gapapa banget. Saya akan berusaha terima dengan lapang dada. Cara ini juga membuat kami jadi gak terlalu stres dan was-was setiap bulannya. Malahan, kami mulai disibukkan dengan tujuan baru; pembangunan rumah di pedesaan.

Siapa sangka, ternyata kami memang disuruh sabar dulu karena rejeki kami berikutnya bukan di anak kedua, melainkan di rumah pribadi. Supaya kami gak lagi tinggal di kota besar dan di rumah mertua, kami dimudahkan lebih dulu untuk membangun rumah dan pindah ke lingkungan pedesaan di Gunungkidul, seperti mimpi kami bertahun-tahun yang lalu. Doanya antre ya, teman-teman. Doa yang lebih dulu masuk, dikabulkan lebih dulu juga, gak diselak sama doa yang baru aja masuk, hehe. Setelah mulai pindahan ke rumah baru, akhirnya saya malah positif hamil di bulan berikutnya, tepat setelah urusan huru-hara tentang rumah dan pindahan ini selesai dan bisa bernapas lega. Kami malah lagi gak nungguin kapan bisa hamil. Bener-bener rahasia Tuhan gak bisa manusia yang kontrol 🥹

PENGALAMAN HAMIL ANAK KEDUA

Saking udah lamanya gak hamil, perasaan saya nano-nano banget. Serba panik, excited, worry, tapi seneng banget jugaa. Saya bahkan ngerasa bingung harus mulai dari mana dan berkali-kali bertanya, ini beneran nyata gak sih? Atau saya lagi halu karena udah lama ngarep? Padahal baru nyoba promil selama 1,5 tahun sampai akhirnya dikabulkan. Saya bahkan berkali-kali testpack ulang untuk memastikan kalau garisnya itu benar-benar ada dua. Saya gak berani bilang ke siapapun kecuali ke suami karena takut salah sama hasilnya.

https://widyasty.com

Di minggu kelima (menurut tanggal HPHT), saya cek ke bidan terdekat dan diberikan beberapa suplemen hamil dan obat anti mual. Yakkk saya langsung mual-mual seminggu setelah testpack positif, kepala pusing muter-muter, badan lesu dan gak sanggup bergerak. Di minggu ketujuh, kami ke Puskesmas untuk USG dan memastikan bahwa benar ada kantung janin yang terdeteksi. Meskipun susah ditemukan posisinya karena masih kecil banget bentuknya, akhirnya bisa dipastikan juga bahwa saya benar-benar hamil HUHU seneng dan lega banget. Kami mulai ngabarin keluarga inti dulu dan sahabat terdekat saya, tapi gak berani kasih tahu ke lebih banyak orang lagi karena takut sesumbar dan kenapa-kenapa.

Next, bakal saya ceritain lagi deh lebih lengkapnya tentang kehamilan kedua yang super duper berbeda dengan pengalaman kehamilan pertama, serta banyak juga jungkir baliknya yang mempengaruhi kondisi keluarga kami juga di rumah. Tapi, kami tetap bersyukur, ternyata kami masih diberikan kepercayaan untuk hamil sekali lagi, meskipun harus melewati keraguan selama bertahun-tahun.

Terima kasih yaaa untuk teman-teman yang sudah membaca dan pernah mendoakan kami, semoga doa baiknya juga berbalik ke kehidupan kalian 🤗

https://widyasty.com
Bonus foto USG dan babybump di week 21 hihi

Sekarang usia kehamilan saya udah 22 minggu, udah separuh perjalanan menuju persalinan. Makanya masih buanyakkk banget yang mau saya ceritain sebenarnya hihi. Kalau kalian juga punya pengalaman seru yang beda banget tentang kehamilan pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya, boleh dong share di komen, jadi saya bisa baca-baca sebagai persiapan juga hehe 😊 Sampai jumpa di cerita berikutnyaaa! 👋🏻

Share:

0 comments

Thank you for meeting me here! Hope you will be back soon and let us connect each other 😉