Movie Review: Kotaro Lives Alone (Japan Series)
Secara logika, bisakah anak berumur 5 tahun hidup sendirian dan mandiri? Jika konteksnya sudah mampu melakukan kegiatan sehari-hari sendiri dan minim bantuan orang dewasa, mungkin jawabannya adalah bisa. Karena, sudah banyak juga metode belajar atau kurikulum yang diterapkan di pendidikan Indonesia yang berbasis Montessori, salah satunya, dan yang lainnya lagi, yang berpusat pada pengembangan kemampuan anak sejak dini.
Metode montessori masih jadi metode yang populer di masyarakat, bahkan sudah banyak sekolah non formal yang menawarkan metode ini sebagai metode pembelajaran. Biasanya metode ini sudah bisa diterapkan sejak anak berumur 3 tahun. Dan hasilnya, anak-anak bisa melakukan kegiatan sehari-hari sendiri loh, seperti makan, mengambil air minum, mencuci piring, dan membereskan tempat tidur. Nah, sekarang, ibu-ibu yang anaknya berumur 3 tahun sudah bisa melakukan apa aja, nih? Kalau Biandul sih jujur aja masih banyak dibantu sama orangtua hehehe.
Apa hubungannya dengan pertanyaan saya di awal? Nah. Saya baru aja menamatkan series Japan yang berjudul 'Kotaro Lives Alone', yang mana garis besar cerita dalam series ini adalah tentang keseharian anak berumur 5 tahun yang hidup sendirian di sebuah apartemen (atau bisa kita bilang kontrakan sepetak, karena ruangannya kecil banget. Gak kayak apartemen di Jakarta yang kita bayangkan dengan segala kemewahannya hehe).
SINOPSIS SERIES 'KOTARO LIVES ALONE'
Di sebuah lingkungan di Jepang, terdapat apartemen dua tingkat yang bernama Apartemen Shimizu. Di apartemen 6 pintu tersebut, hanya ada tiga penyewa; Mizuki, Shin Karino, dan Pak Tamaru. Suatu hari, datanglah seorang anak 5 tahun bernama Kotaro Sato yang menyewa kamar 203, tepat di samping kamar Shin Karino, seorang manga creator, yang kehidupnnya sangat flat dan kariernya belum berkembang. Di apartemen tersebut, gak ada kamar mandi, sehingga kita harus jalan dulu ke pemandian umum setiap hari.
Kotaro datang membawakan seluruh penghuni apartemen sebuah kotak tissue mahal sebagai salam perkenalan. Meskipun hanya anak-anak, ternyata Kotaro mudah beradaptasi dengan semua tetangganya, yang mana orang dewasa semua.
Banyak pertanyaan yang datang bersamaan dengan kehadiran Kotaro, seperti di mana Ayah dan Ibunya? Mengapa Ia tinggal sendiri? Kenapa Ia diperbolehkan menyewa apartemen ini, padahal aturan awalnya tidak boleh ada anak-anak di sini? Bagaimana Ia akan hidup sendiri tanpa didampingi orangtua? Dari mana uang yang digunakan oleh Kotaro untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya? Semua pertanyaan tersebut tersimpan begitu saja di dalam hati semua tetangganya tanpa jawaban.
Shin Karino, yang sejak awal merasa terusik dengan kehadiran anak-anak di apartemen ini, makin lama makin akrab dan sering menemani Kotaro melakukan kegiatan sehari-hari, seperti mandi ke pemandian umum, ke sekolah, dan berbelanja. Mizuki pun sering membantunya membuatkan bekal dengan bentuk yang lucu-lucu, juga menemaninya piknik di taman. Sedangkan Pak Tamaru, yang sudah berpisah dengan istri dan anaknya, menganggap Kotaro seperti anaknya sendiri, karena umur anaknya dengan Kotaro masih sebaya. Pak Tamaru sulit bertemu dengan anaknya karena dibatasi oleh mantan istrinya.
KEHIDUPAN SEHARI-HARI BERSAMA TETANGGA
Selayaknya orang dewasa yang selalu memiliki masalah hidup, para penyewa apartemen pun memiliki masalahnya masing-masing. Tapi, berkat kehadiran Kotaro, kehidupan mereka seakan terisi dengan hal-hal menarik dan mereka memiliki pelajaran hidup yang sangat berharga. Kehadiran Kotaro di apartemen Shimizu, mengubah kehidupan para penyewa lainnya.
Shin Karino, hidup sendirian dan mengandalkan manga sebagai satu-satunya sumber penghasilan, tapi gak berkembang dengan baik. Bosnya selalu menuntut Karino agar memiliki gambar yang lebih bagus, karena gambarnya terlalu kuno.
Mizuki, seorang perempuan yang bekerja di klub malam, punya masalah dengan pacarnya yang sering melakukan kekerasan fisik. Sewaktu Kotaro tahu tentang hal ini, Ia langsung menyarankan Mizuki untuk pindah tempat tinggal dan menghindari pacarnya.
Pak Tamaru, baru saja berpisah dengan istrinya, dan Beliau sulit bertemu dengan anaknya karena mantan istrinya selalu melarangnya. Beliau kesepian sehingga merasa nyaman saat dekat dengan Kotaro, karena serasa sedang menghabiskan waktu dengan anaknya.
Begitu pun dengan teman dan gurunya di TK, Kotaro juga memberikan banyak pengaruh di kehidupan mereka, sehingga orang-orang sangat suka berada di dekatnya. Kotaro sering mengucapkan kata-kata bijak, selayaknya orang dewasa, untuk menenangkan hati orang-orang di sekitarnya. Padahal, umurnya baru saja 5 tahun.
MASA LALU KOTARO
Masih penasaran gak, kenapa Kotaro bisa tinggal sendirian, dan bagaimana Ia bisa sekolah, berbelanja, memasak, dan melakukan hal lainnya?
Nah, setiap minggunya, ada satu pengacara yang diutus dari sebuah firma hukum, yang bertugas memberikan uang mingguan untuk Kotaro. Ia bilang, ini adalah uang sumbangan dari orang baik. Pada awalnya, pengacara ini merasa gak bisa menjalankan tugas dengan baik dan gak nyaman berurusan dengan anak-anak. Tapi, lama-lama, sama dengan orang dewasa lainnya di sekitar Kotaro, Ia pun mulai terbiasa dan kagum dengan kemandirian Kotaro.
Sebelum pindah ke apartemen Shimizu, Kotaro tinggal di rumah asuh. Ia minim memiliki waktu yang berkualitas dengan orangtuanya. Mereka memiliki masalah pernikahan, yang akhirnya juga berdampak pada perkembangan mental Kotaro. Sampai akhirnya, Kotaro sering merasa bahwa Ia harus tumbuh menjadi orang yang kuat dan mandiri, agar orang-orang gak menganggapnya lemah dan menyakitinya lagi.
Kotaro gak pernah menangis, marah, sangat jarang tersenyum, bahkan sangat sulit mengekspresikan emosinya. Wajahnya flat setiap saat. Meskipun terlihat seperti anak-anak biasa yang seakan mudah ditipu, tapi sebenarnya Ia sangat berhati-hati, peka terhadap keadaan sekitarnya, dan peduli pada perhatian orang-orang di sekitarnya.
Beberapa kali, Kotaro dan Karino berselisih paham, mereka saling cuek, tapi sebenarnya saling memikirkan satu sama lain dan masih saling menjaga. Yap, ikatan mereka sebagai tetangga ternyata lebih dari itu. Bahkan, Kotaro adalah penyemangat Karino dalam menggambar manga, demi mewujudkan mimpinya untuk bisa mencetak manga dengan kontrak serial jangka panjang. Semua itu karena kehadiran Kotaro sangat berpengaruh penting.
PELAJARAN KELUARGA YANG BISA DIRENUNGKAN DARI SERIES KOTARO LIVES ALONE
Series keluarga ini, bagi saya, sangat punya banyak pelajaran yang bisa kita ambil sebagai audience. Apalagi, semua ini berkaitan dengan hubungan antarkeluarga yang tercipta dan risiko masalah di dalamnya. Setiap pasangan dan keluarga pasti punya masalahnya masing-masing, dan kita juga punya cara untuk menyelesaikan masalah itu. Tapi, apakah kita sering memikirkan dampak jangka panjangnya, termasuk dampak ke anak-anak kita?
Kotaro adalah gambaran anak-anak yang tumbuh dalam keluarga penuh masalah. Konflik orangtuanya membuat Ia merasa harus mengambil banyak keputusan sendiri. Meskipun Ia anak yang sudah bisa mandiri, anak kecil tetaplah anak kecil, yang masih butuh bimbingan orang dewasa dalam mengambil keputusan yang benar atau salah. Ia masih butuh role model orang dewasa yang tepat. Ia masih butuh kasih sayang dan perhatian dari lingkungan sekitarnya, yang beruntungnya ia dapatkan semenjak pindah ke apartemen Shimizu.
Sebagai orangtua, apapun keputusan yang akan kita buat, pasti juga akan berdampak ke anak-anak kita. Sebisa mungkin, keputusan kita juga dibarengi dengan rencana yang matang untuk tetap bisa menjaga masa depan anak kita. Mama Kotaro sudah menyiapkan asuransi untuk biaya hidup Kotaro, yang mana setiap minggunya diberikan oleh pengacara yang ditunjuk meskipun harus dirahasiakan dari Kotaro, dan hanya diberi tahu sebagai sumbangan dari orang baik.
Tindakan Mizuki yang juga memiliki masalah relationship dengan pacarnya juga bisa dijadikan cerminan untuk penonton yang belum menikah, bahwa dalam menjalani sebuah hubungan, kita harus paham risikonya dan menggunakan cara paling bijak dalam memutuskan hal-hal penting. Ketika Ia sadar bahwa selama ini pacarnya selalu abusive, ia akhirnya mengambil keputusan untuk berpisah, melaporkan tindakan KDRT ke polisi dan pindah rumah untuk menghindarinya. Pada akhirnya, Ia gak mau pacarnya ditahan, tapi hanya mendapatkan surat peringatan sebagai pelajaran, lalu memilih damai. Ia juga pindah dari apartemen Shimizu agar bisa hidup lebih tenang dan mengakhiri hubungan yang gak sehat dengan pacarnya. Kita harus peduli dengan kesehatan mental kita sendiri dan gak hanya mengutamakan perasaan cinta saja meskipun itu toxic.
Series ini memiliki happy ending yang sangat membuat para penonton damai. Dramanya juga gak berlebihan, gak bikin kita cengeng tapi tetap bisa tersentuh sama kisahnya. Konflik yang ada pun gak dibikin terlalu berat, tapi pelajaran yang kita ambil sangat berpengaruh pada pola pikir kita. Pesan dan kesannya deep, banyak juga kata-kata bijak dari Kotaro yang bisa bikin kita gemes.
Berisi 10 episodes dalam 1 season, dengan durasi flat 23 menit setiap episode-nya, series ini bisa banget ditonton sambil makan siang, ngelonin anak tidur siang, atau sebelum tidur malam. Gak kerasa tau-tau bisa tamat cuma dua hari aja. Rate yang bisa saya kasih untuk series ini adalah 8.5/10, bonus pemandangan jalanan sekitar apartemen Shimizu yang memanjakan mata dan jadi kepengin liburan ke Japan, hehehe.
Yang agak kurang dari series ini adalah, kurangnya penjelasan tentang background orangtua Kotaro dan apa penyebab konflik rumah tangga mereka dulu. Lalu, sampai di akhir episode, Kotaro gak juga sekalipun dipertemukan oleh Ayahnya dalam satu scene, sehingga kita jadi gak bisa lihat chemistry anak dan orangtua dalam menghadapi masalah ini, cuma ada flashback scene aja beberapa kali. Padahal, pengen banget liat gimana reaksi Kotaro, si anak kecil bijak, waktu ketemu Ayahnya setelah sekian lama berpisah dan hidup sendiri. Perasaan emosional itu akan punya banyak interpretasi dari penonton, tentang pandangan dari sisi orangtua dan anak yang pastinya akan sangat berbeda. Tapi, mungkin memang series ini dibuat selesai dengan ending yang agak gantung ya hehe.
Baca juga: Sudahkah Kita Berdamai dengan Masa Kecil?
Nah, mumpung udah masuk weekend, yuk streaming series Kotaro Lives Alone di Netflix, jangan lupa juga ajak suami. Abis nonton ini, dijamin jadi pengen lebih membina hubungan yang lebih baik lagi sama suami, supaya bisa menangani konflik rumah tangga dengan cara yang bijak dan pola pikir yang sehat. Dengan begitu, anak juga gak akan jadi korban konflik orangtua, dan akhirnya malah jadi mempersulit hidupnya di kemudian hari.
Jika kamu sedang mencari rekomendasi list film yang lucu dan menghibur, serta bertema tentang kisah keluarga, silakan berkunjung ke post saya berikut: Drama yang Lucu dan Seru untuk Ditonton #diRumahAja
Tags:
review
13 comments
Banyak yang bahas series Jepang ini di Twitter, masukin antrean ah. Suka sedih kalau ada yang series atau film ngangkat cerita anak kecil mandiri, khawatir kesehatan mentalnya huhuhuhuhuhuhuhu.
ReplyDeleteSalah satu series yg lagi hype belakangan ini. Selalu suka sama serial slice of life kayak gini.
ReplyDeletePengen banget deh bisa tetanggaan sama Kotaro, bocil imut tapi pemikirannya dewasa.
Seru ceritanya, Kak. Lhat ulasannya auto membayangkan bagaiaman keseharian anak usia 5 tahun dan bagaiaman dia bisa mengambil hati orang-orang dewasa. Padahal jika melihat bagian lain dari sisi kehidupannya seharusnya dia ada trauma bersama orang dewasa. Btw, kudu nonton nih film
ReplyDeleteSebuah film yang kaya akan makna. Hanya dengan anak seusia kataro, bisa mengubah keadaan di sesisi apartemen. Banyak hal positif yang bisa di ambil di film ini.
ReplyDeleteBagus untuk dijadikan sbg referensi
Cocok banget nih belajar untuk menjadi keluarga yang lebih baik
ReplyDeleteSekilas, lucu juga ya proses scene-scene di foto tersebut. Khas sekali film-film jepang yang tone warnanya sedikit gelap..
ReplyDeleteDari berbagai resensi tentang drama Asia, nampaknya saya lebih tertarik coba terjun ke drama Jepang daripada Korea.
ReplyDeleteApalagi seperti Kotaro ini. Bicara rumah tangga dari pov anak kecil. Buat saya itu menarik. Apalagi durasi per episode-nya juga kurang dari setengah jam.
Kemarin memang lumayan banyak yang bahas serrial ini. Tapi aku baru tahu ternyata tokoh kotaro-nya baru 5 tahun yaa. Jadi tertarik pengen nonton apalagi cuma 23 menit 1 episodenya
ReplyDeletehua menarik sekali anak 5 tahun tinggal sendiri. penasaran kalau film garapan jepang biasanya ga begitu melow dan lebih realistis, 10 episode lumayan lah ya buat next wishlist drama
ReplyDeleteBaguuuusss banget kak reviewnya. Jadi super penasaran sama dede menggemaskan nan pintar Kataro ini. Kagum sih dia bisa bersikap begitu dewasa. Ah, jadi pengen banget nonton kisah Kataro.
ReplyDeleteSedih banget mbak seriesnya. Aku ga kebayang anakku yang usianya 5 tahun harus tinggal sendirian =(. Kukira anak KAYAK Kataro dipelihara oleh negara atau ada dinsos yang membantu nya gitu. Agak aneh ya masalahnya antar kedua orang tua Kataro. Terus apakah Kataro ga ada keluarga lain? Kayak tante, nenek, kakek? Tapi di luar semua pertanyaan tersebut, aku rasa series nya bagus sebagai edukasi
ReplyDeleteya ampun aku berasa sedih juga anak usia 5 tahun hidup sendiri dan mandiri, kaya ngeri aja kan kenapa-kenapa atau gimana-gimana -.-
ReplyDeleteternyata emang ada namanya ya metode pendidikan montessori, aku pikir itu sekadar branding nama sekolah aja, ternyata metode buat mendidik dan mengutamakan kemandirian anak yaa
Cerita yang menarik. Jdrama selalu punya ide yg beda dan sulit diprediksi.
ReplyDeleteIni kira2, ada season berikutnya nggak ya, biar lebih puas bahas latar belakang kotaro dg ortunya
Thank you for meeting me here! Hope you will be back soon and let us connect each other 😉